.webp)
Budiyanto (48) penunggu tunggal arca jenis dwarapala yang berada di Desa Bulupasar, Kecamatan Pagu, Kabupaten Kediri ini mengaku saat ini tidak berani meninggalkan peninggalan purbakala ini dalam waktu lama.
"Pagi-pagi sebelum ke sawah selalu saya lihat dan siangnya juga tak lupa saya sambangi lagi. Begitu juga kalau malam, saya sekarang sering tidur di sini," kata Budiyanto kepada detiksurabaya.com, Senin (10/12/2007).
Budiyanto mengaku jika langkah pengamanan yang dilakukannya, selain karena rasa takut kehilangan arca, juga dikarenakan rendahnya perhatian Pemerintah Kabupaten Kediri dalam melestarikan arca tersebut.
"Di sini itu sama sekali tidak ada lampunya. Bayangkan jika malam, sudah lokasinya di tengah sawah, pasti sepi sekali. Apalagi sekarang akan pencuri alatnya sudah canggih," uajar Budiayanto.
Pantauan detiksurabaya.com, arca peninggalan purbakala yang mulai ditemukan sejak zaman penjajahan Belanda ini, sangat memprihatinkan.
Meskipun terdapat pos penjagaan berukuran 1,5 X 1,5 M dan arca memiliki pagar keliling, hal tersebut saama sekali tak menjamin arca aman dari pencurian.
"Kalau malam Mas, banyak sekali yang mabuk-mabukkan disini, coba kalau Pemkab menempatakan Satpol PP, selain tidak ada yang mabuk, kan arca juga aman," keluh Budiyanto.
Catatan sejarah menyebutkan jika Totok Kerot merupakan perubahan wujud dari seorang wanita cantik asal Lodoyo Blitar, yang dikutuk Raja Kediri Sri Aji Joyoboyo, karena memberanikan diri melamarnya.
Akibat lamaraanya ditolak, terjadi peperangan antara pasukan dari Lodoyo dan Kerajaan Kediri. Namun, selain mengalami kekalahan, sang wanita yang merupakan pemimpin pasukan harus mendapatkan kutukan dari Sri Aji Joyoboyo.
Arca Totok Kerot juga tercatat sebagai arca terbesar di Jawa Timur. Ukuran ketinggiannya mencapai 3 meter yang wujudnya raksasa wanita dengan rambut terurai dan memakai kalung tengkorak.
Foto: Arca Totok Kerot/Samsul Hadi
(bdh/bdh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
