Kambing dan Sapi di Kaki Gunung Kelud Diobral

Kambing dan Sapi di Kaki Gunung Kelud Diobral

- detikNews
Senin, 22 Okt 2007 17:46 WIB
Kediri - Rasa sayang warga di kaki Gunung Kelud cukup tinggi kepada hewan ternaknya. Selama tinggal di pengungsian, dibenak mereka selalu terbayang ternak piaraannya yang ditinggal sendiri di rumahnya.Harus diakui, hampir di semua desa yang masuk dalam daerah rawan bencana Kelud sebagian besar memelihara kambing maupun sapi. Selain Desa Sugihwaras Kecamatan Ngancar di Kebonrejo Kecamatan Kepung Kediri, para pengungsi yang tinggal di barak ribut memikirkan keselamatan ternaknya.Misalnya saja, Mbah Painah (67). Warga Kebonrejo ini terpaksa berpisah dengan kambingnya. Dia menjual kambingnya dengan harga murah. Pilihan pahit ini dikarenakan dia tak rela jika kambingnya mati kelaparan ataupun digondol maling.Mbah Painah minta hewan ternaknya turut juga dievakuasi, namun oleh petugas Satlak Penanggulangan Bencana tidak diizinkan. Mbah Painah akhirnya harus merelakan hewan ternaknya berupa dua ekor kambing itu berada di rumah sendiri.Namun, karena terus memikirkan kambingnya, diapun ngotot pulang kampung sekedar untuk memberinya makanan rumput. Meski petugas Satlak menghalanginya namun niatnya tak bisa dibendung.Dengan meminta bantuan salah seorang pengungsi yang mempunyai kendaraan janda dua cucu ini pun akhirnya sampai ke rumahnya yang berjarak sekitar 10 Km dari lokasi pengungsian. Sesampai di rumah pun ia langsung mencari rumput untuk makan dua ekor kambing yang dipelihara sejak 5 bulan yang lalu. Nah, ketika matahari mulai terbenam. Mbah Painah mulai gusar. Sebab dia harus kembali ke barak pengungsian.Tak ada pilihan. Dia pun kemudian meminta salah satu pedagang hewan yang dikenalnya. Dengan berat hati, dua ekor kambingnya hanya dibeli Rp 500 ribu. Harga itu jauh dari harga pasaran yang per ekornya bisa mencapai Rp 800 ribu."Kados pundi maleh. Lha wong kulo kepikiran terus. Nggih mboten menopo-nopo sing penting weduse mboten mati. (Bagaimana lagi. Saya memikirkan terus. Tidak apa-apa yang penting kambingnya tidak mati-red)," kata Mbah Painah dengan bahasa Jawanya kepada detiksurabaya.com, di Balai Desa Siman, Kepung, Senin (22/10/2007).Demikian pula Mbah Warni(60). Tetangga Mbah Painah yang sejak menempati barak pengungsian Jumat (19/102007) itu sempat menolak ketika akan dievakuasi.Dia memilih bertahan di rumahnya bersama seekor sapi miliknya. Jika ditinggal mengungsi, Mbah Warno tak bisa membayangkan nasib sapi yang akan dijualnya di Hari Raya Qurban mendatang.Namun, kakek kelahiran Ponorogo ini akhirnya juga merelakan seekor sapinya dimiliki orang lain meski dihargai Rp 1,7 Juta. Padahal, sapi milik Mbah Warni cukup besar, usia sekitar satu tahu. Jika di pasaran sapi Mbah Warni bisa laku hingga Rp 4 juta."Sampun kersane pajeng mirah. Kersane kulo anyem. (Biarlah laku walau murah. Yang penting saya tenang-red)," kata Mbah Warni ketika menumpang mandi di salah satu rumah warga. (gik/gik)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.