Blitar - Dua hari terakhir setiap sore, kawasan Kecamatan Nglegok Kabupaten Blitar yang paling rentan terkena amukan letusan Gunung Kelud, diguyur hujan deras. Langit di atasnya disaput mendung hitam. Jika dilihat dari arah kota, pemandangan langit di atas Kecamatan Nglegok yang sebagian wilayahnya berada di lereng Gunung Kelud, terlihat menyeramkan. Apalagi ditengah situasi Gunung Kelud yang masih dalam status Awas dan memasuki fase kritis.Namun kondisi tersebut tidak menyurutkan nyali para penggali pasir warga Dusun Kali Bladak Desa Penataran Kecamatan Nglegok. Padahal dusun yang terletak di bantaran jalur aliran lahar Kali Bladak tersebut, masuk kawasan rawan bencana karena hanya berjarak sekitar 8 kilometer dari puncak Kelud. Ditengah guyuran hujan deras, mereka tetap melakukan aktifitas mengais rejeki menggali pasir di sepanjang badan jalur aliran lahar Kali Bladak. Kemudian mengangkut dan dimasukkan ke dalam truk yang sudah siap menunggu."Tidak ada pilihan pekerjaan lain, Mas. Kalau nggak jadi buruh perkebunan ya jadi penggali besar," kata Wahyudi (40) pria warga Dusun Kali Bladak, saat ditemui
detiksurabaya.com, Sabtu (20/10/2007) sore ketika sama-sama berteduh dari guyuran hujan di gubug di bantaran Kali Bladak. Dusun Kali Bladak dihuni sekitar 96 KK dengan jumlah penduduk sekitar 300 jiwa. Dalam keseharian, mayoritas warga bekerja sebagai penggali pasir dan buruh perkebunan. Jika belum musim berkebun seperti saat ini, hampir semuanya terpaksa banting setir menjadi penggali pasir.Jika berdasarkan peta rawan bencana, mereka seharusnya sudah harus mengungsi. Tetapi warga memilih bertahan di kampungnya. Rekomendasi Badan Vulanologi dan Mitigasi Bencana (BVMGB), daerah dalam radius 10 km dari puncak Kelud, harus steril dari warga karena rawan terkena letusan Kelud yang sampai sekarang masihberstatus Awas.Pengalaman dalam dua kali letusan terakhir (tahun 1966 dan 1990-red), warga yang tinggal di sekitar bantaran Kali Bladak justru lebih aman tinggal di rumah daripada mengungsi. Wahyudi, yang diamini para penggali pasir yang lain, mengaku justru kondisi hiruk pikuk soal kapan Kelud meletus seperti saat ini sangat merugikan mereka. Jika sebelumnya bisa mengantongi duit Rp 150 ribu per hari dari hasil buruh menggali pasir, sekarang penghasilan mereka anjlok hingga sekitar Rp 30 ribu saja per hari.Penyebabnya, truk-truk dari luar daerah takut masuk area Kali Bladak. Jika biasa puluhan truk yang antre, sekarang hanya satu dua saja. "Jika Gunung Kelud akan meletus, tanda-tandanya dari sini akan terlihat jelas. Hewan-hewan akan turun dalam kondisi sekarat karena menghirup gas beracun. Tapi kondisi tersebut sekarang belum terlihat, jadi kami yakin Gunung Kelud tidak akan meletus dalam waktu dekat," pungkas Wahyudi.Foto: Penggali pasir di aliran sungai lahar di Kali Bladak DesaPenataran Kecamatan Nglegok Kabupaten Blitar tak kenal takut./Gendut Anto
(gik/gik)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini