Mahasiswa Jember Bahas Media Online vs Media Cetak

Mahasiswa Jember Bahas Media Online vs Media Cetak

- detikNews
Minggu, 16 Sep 2007 18:06 WIB
Jember - Menjamurnya media online atau situs berita ke depan bisa mengancam media cetak, jawabnya adalah sangat mungkin. Demikian diungkapkan oleh Budi Sugiharto, Kepala Biro detiksurabaya.com dalam seminar "Perkembangan Jurnalisme Online dan MasaDepan Media Cetak" yang diselenggarakan UKPKM Tegalboto di gedung PusatKegiatan Mahasiswa (PKM) Universitas Jember, Minggu (16/9/2007). Jika merujuk pada tren peningkatan penjualan personal Computer (PC) dan notebook, maka bukan mustahil terjadi perubahan perilaku pada masyarakat untuk mendapatkan informasi."Akan ada perubahan besar dalam masyarakat kita untuk memenuhi rasa ingin tahu apa yang terjadi dengan cepat dan akurat. Jika melalui media online bisa tersaji saat itu juga tetapi jika media cetak baru esok harinya," kata Budi yang biasa dipanggil Uglu itu.Apalagi, lanjut Uglu, saat ini tren pertumbuhan pengguna internet sudah cukup pesat di tanah air, sekitar 18 juta. Dibanding jumlah penduduk Indonesia memang terpaut jauh. Tetapi jika dilihat perkembangan dari tahun ke tahun cukup meningkat.Apalagi, saat ini Internet Service Provider (ISP) atau penyedia jasa internet juga melalukan penetrasi pasar yang luar biasa. Tarif akses internet sudah mulai cukup murah. Selain itu operator seluler yang juga menyediakan jasa akses yang sama."Sekarang masyarakat tinggal pilih mau pakai akses internet yang mana. Biayanya pun sudah relatif terjangkau. Ini menunjukan bahwa pasar sudah bagus," kata Uglu dihadapan 100an peserta dari mahasiswa dan pelajar se Jember ini. Sekarang ini dimana saja sudah bisa browsing. Sejumlah taman kota di Surabaya juga sudah dilengkapi wi-fi gratis.Teknologi 3G yang ditawarkan operator selular untuk mengakses internet juga sudah bisa dirasakan. "Pengelola media online sudah merambah ke segmen itu, cukup dengan ponsel sudah bisa mengetahui informasi terbaru," katanya.Selain dibutuhkan oleh para pebisnis, maupun para penguna internet, mediaonline juga sering menjadi rujukan dari para pengelola media cetak maupun radio serta stasiun televisi.Akibatnya para pengelola media cetak harus mencari sesuatu atau angle yang berbeda dari yang sudah disiarkan media online tersebut. "Karena para pembaca koran akan berkata wah sama dengan yang saya baca di situs berita kamarin," tegas Uglu.Hal itulah yang cukup mengganggu iklim usaha media cetak, meski tidak akanlangsung memusnahkan media cetak. Karena budaya membaca kertas di kalanganmasyarkat masih kuat. "Sulit dipungkiri kertas masih dibutuhkan. Tapi secara bisnis media online sudah menggaggu mereka saat ini," tegas alumni Stikosa-AWS ini.Yang menggembirakan kata Uglu, kue iklan di media online sudah cukup besar. "Artinya pemasang iklan sudah bisa memilih menyesuaikan target pasar mereka," terangnya. Sementara pembicara lainnya dalam seminar itu, Christanto P Rahardjo,pengajar Ilmu Jurnalistik Universitas Jember. Dia menambahkan kehadiran teknologi digital (online) membuat pasar media semakin kompetitif. "Apalagi kalau minat baca masyarakat kita tetap rendah dan lebih banyak pengguna internetyang suka browsing dan membaca situs berita. Hal itu mebuat media cetak dan online makin kompetititf," kata Christanto.Tapi dia menegaskan bahwa punahnya media cetak tidak semata-mata karena tekanan media online yang sudah menjadi sindrom ini. "Media cetak bisa mati karena faktor SDM dan kualitas. Media online hanya sebagai kerikil bagi media cetak. Tapi tetap saja ke depannya harus tetap diwaspadai," tambahnya. (gik/gik)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.