Yadnya Kasada Bagi Masyarakat Tengger
Minggu, 26 Agu 2007 17:03 WIB
Surabaya - Setiap tahun, masyarakat Tengger yang tinggal di kawasan Gunung Bromo Jawa Timur menggelar ritual Yadnya kasada. Ritual ini mempunyai makna khusus bagi masyarakat Tengger. Dan ketika malam Kasada tiba, ribuan warga Tengger berbondong-bondong menapaki lereng Gunung Bromo. Mereka membawa hasil bumi untuk dipersembahkan ke leluhur di Kawah Gunung Bromo.Menurut cerita, asal mula upacara Yadnya Kasada terjadi beberapa abad lalu. Pada masa pemerintahan Dinasti Brawijaya dari Kerajaan Majapahit. Sang permaisuri melahirkan seorang anak perempuan yang diberi nama Roro Anteng. Setelah dewasa Roro Anteng bersanding dengan Joko Seger. Namun pada saat itu adalah masa kemunduran bagi Kerajaan Majapahit. Alkisah Roro Anteng dan Joko Seger kemudian menuju ke kawasan Pegunungan Tengger.Keduanya kemudian membangun pemukiman dan memerintah di Kawasan Tengger dengan sebutan Purbowasesa Mangkurat Ing Tengger yang berarti "Pengguasa Tengger Yang Budiman". Nama Tengger sendiri diambil dari nama Roro Anteng dan Joko Seger. Kata Tengger juga berarti Tenggering Budi Luhur atau pengenalan moral tinggi simbol perdamaian abadi.Dari waktu ke waktu masyarakat Tengger hidup dengan damai dan makmur, namun pemimpin Tengger, Roro Anteng dan Joko Seger setelah bertahun-tahun menikah tidak mendapat keturunan. Berbagai upaya kemudian dilakukan keduanya. Dan salah satu bersemedi di puncak Gunung Bromo. Dalam semdi yang dilakukan, keduanya kemudian mendapat suara gaib yang mengatakan kalau semedi mereka dikabulkan. Namun syaratnya anak bungsu mereka harus dikorbankan ke kawah Gunung Bromo. Roro Anteng dan Joko Seger mengabulkan permintaan tersebut. Keduanya kemudian mendapat 25 orang putra-putri.Tapi ternyata naluri orangtua tetap tidak tega bila kehilangan putra putrinya. Roro Anteng dan Joko Seger ingkar janji keduanya kemudian menyembunyikan Kusuma anak bungsunya. Dewa kemudian menjadi marah dan mengancam akan menimpakan malapetaka. Prahara kemudian terjadi dan kawah Bromo menjadi gelap gulita dan menyemburkan api. Kusuma kemudian hilang. Bersamaan hilangnya Kusuma dari dalam kawah terdengar suara gaib, yang mengatakan, "Saudara-saudaraku yang kucintai, aku telah dikorbankan oleh orang tua kita dan Hyang Widi menyelamatkan kalian semua. Hiduplah damai dan tenteram, sembahlah Hyang Widi. Aku ingatkan agar kalian setiap bulan Kasada pada hari ke-14 mengadakan sesaji kepada Hyang Widi di kawah Gunung Bromo. Kebiasaan ini kemudian diikuti secara turun temurun oleh masyarakat Tengger dan setiap tahun diadakan upacara Kasada di Poten lautan pasir dan kawah Gunung Bromo".Sejak saat itulah upacara Yadnya Kasada selalu dirayakan oleh suku Tengger secara turun-temurun. Yadnya Kasada diartikan sebagai hari kurban yang sakral.
(wln/bdh)