Jakarta - Sebanyak enam hotel di Kota Batu terancam gulung tikar, menyusul sepinya pengunjung selama setahun terakhir. Keenam hotal yang terancam gulungtikar adalah Aero Wisata, Metropole, Palerman, Baru, Tawang Argo dan Cemara Tujuh. Keenam hotel ini merupakan hotel bintang dua dan kelas melati."Mereka telah menawarkan ke sejumlah investor agar bersedia membeli hotel yang dikelolanya," kata Wakil Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia KotaBatu, Frono Jiwo yang juga direktur Hotel Victory kepada wartawan di kantornya Jl Raya Junggo Kota Batu, Senin (28/5/2007). Akibat sepinya pengunjung, pendapatan yang diperolehnya tidak mencukupi untuk menutupi biaya operasional. Padahal, setiap bulan pengelola hotel harus mengeluarkan biaya besar untuk kebutuhan operasional hotel, seperti gaji pegawai, listrik dan biaya yang lainnya. "Sebagian besar pendapatantersedot untuk gaji karyawan," ungkapnya.Frono menjelaskan, pengunjung hotel merosot tajam sejak terjadi luapan lumpur Lapindo setahun yang lalu. Kini, tingkat hunian hotel rata-rata tak lebih dari 10 persen. Padahal, dibutuhkan minimal tingkat hunian 40 persen untuk bisa bertahan dan menutupi biaya operasional. "Lumpur Lapindo memukul usaha hotel dan pariwisata di Batu," ujarnya.Usaha hotel di Kota Batu telah menunjukkan kelesuan pasca kenaikan Bahan Bakar Minyak Oktober 2005 lalu. Pengunjung turun drastis, sehingga terpaksa banyak pengelola hotel yang mensubsidi hotel yang dikelolanya dari bisnis yang lain.Setelah terjadi luapan lumpur di Porong, para pengujung banyak yang membatalkan kunjungannya ke Batu. Terutama, sejak terputusnya akses jalan Surabaya Malang. "Sebelumnya jarak tempuh Surabaya-Malang cukup 2 jam. Kini, harus ditempuh 4 jam lebih," tuturnya.Padahal, sekitar 90 persen pengunjung hotel di Batu adalah warga Surabaya, Gresik dan Mojokerto. Rata-rata mereka menghabiskan di Batu untuk berwisata kesejumlah wisata di Kota Apel ini. Selain itu, pengunjung hotel berasal dari instansi pemerintahan yang menggelar kegiatan berupa seminar, workshop ataurapat kerja.Sebelumnya, kata Frono, para pengusaha di Malang berencana mengajukan keberatan kepada PT Lapindo Brantas. Alasannya, banyak pelaku usaha yang dirugikan akibat dampak tidak langsung luapan lumpur panas. Tapi, rencana itu batal karena sulit merealisasikannya," terangnya.Untuk itu, dia berharap pemerintah segera mencari solusi untuk menghentikan semburan lumpur panas atau membangun infratruktur agar akses jalanSurabaya-Malang kembali lancar. "Bila tidak, usaha hotel tinggal menunggu waktu," pungkasnya.
(gik/gik)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini