"Gejalanya tuh pertama gatal di mata, terus keluar kotoran terus selama satu bulan. Habis itu berair dan sering perih," terangnya kepada detikcom terkait gejala awal yang timbul sebelum pandangannya kabur, Senin (17/1/2022) siang.
Kala itu, Zulfa langsung memeriksakan diri ke ahli mata. Hasil pemeriksaan diketahui indera penglihatannya mengalami dua gangguan sekaligus. Yaitu minus dan iritasi. Sejak awal Desember 2020, Zulfa mengenakan kacamata untuk membantu melihat obyek di depannya.
Zulfa yang kini duduk di bangku kelas 3 SMA di di lingkungan ponpes mengaku dapat mengikuti kegiatan belajar mengajar tanpa terganggu jarak pandang. Namun belakangan ini, dirinya kembali merasakan tidak nyaman pada mata sebelah. Dia pun penasaran mengikuti bakti sosial periksa mata yang digelar di sekolahnya.
"(Mata) kiri minusnya kurang. Tapi yang kanan tetap. Mungkin karena itu rasanya nggak nyaman ya," imbuhnya.
Diakuinya, selama masa PPKM kegiatan belajar mengajar tatap muka memang ditiadakan. Tak terkecuali di lembaga pendidikan tempatnya menimba ilmu. Akibatnya, proses pembelajaran lebih banyak menggunakan media gawai. Seperti smartphone atau laptop. Hal itu diduga turut memicu gangguan mata.
Ketua Panitia Penyelenggara Bakti Sosial Ahmad Nurhamim mengatakan kegiatan merupakan inisiatif para pengusaha optik asal Pacitan se Jakarta, Jawa Barat, dan Banten. Hal itu sekaligus wujud kepedulian terhadap peserta didik yang mengalami gangguan penglihatan, khususnya santri dan santriwati pondok pesantren.
Pria yang menekuni dunia refraksi optisi ini pun menuturkan pengalamannya di Ibu Kota. Cukup banyak santri yang datang ke optik karena keluhan mata. Setelah diperiksa ternyata minusnya cukup tinggi. Selain dipengaruhi jam belajar yang Panjang, Ahmad menduga keluhan sudah lama dirasakan oleh yang bersangkutan namun kurang dipedulikan.
"Di sekolah umum pun juga banyak terjadi myopia buat anak-anak usia dini. Tentunya sekarang anak-anak kan banyak mainan HP. Dari HP tersebut menghasilkan sinar biru sehingga kelelahan muncul, terus penglihatan menurun. Itu yang terjadi," paparnya.
Kegiatan bakti sosial pemeriksaan mata dan pemberian kacamata gratis tersebut dijadualkan berlangsung hingga 4 hari ke depan. Adapun penyelenggaranya merupakan anggota dua organisasi yang bergerak di bidang refraksi optisi. Antara lain Gabungan Pengusaha Optik Indonesia (GAPOPIN) dan Ikatan Profesi Optometris Indonesia (IROPIN).
(fat/fat)