"Kaitannya dengan dari curah hujan tinggi kemudian vegetasi kurang, artinya semua dialirkan ke sungai sehingga tidak muat," tutur Kepala BPBD Ponorogo Jamus Kunto kepada wartawan, Sabtu (15/1/2022).
Jamus menambahkan pihaknya tidak melakukan penganggaran untuk bantuan secara materi kepada korban. Hanya bantuan logistik, seperti semen, genteng dan pasir namun tidak banyak.
"Kemudian dari sisi kerugian sekitar Rp 2,4 miliar," terang Jamus.
Jamus menambahkan akibat curah hujan tinggi juga mengakibatkan tanggul jebol, plengsengan ambrol dan bahkan jembatan ambruk. Terutama di wilayah Kecamatan Ngrayun, Sawoo, Sooko, Ngebel, Pulung dan Slahung.
"Karena itu merupakan wilayah rawan longsor dan bencana tanah gerak," imbuh Jamus.
Menurutnya, meski kejadian longsor berada di lokasi sporadis kecil. Tetapi harus tetap memperhatikan keselamatan warga sekitar.
"Di beberapa lokasi juga menjadi langganan angin kencang, puting beliung. Seperti dari arah barat Kecamatan Sampung, Sukorejo, Babadan dan Jenangan," tukas Jamus.
Jamus pun menyiapkan tim termasuk dengan para relawan untuk rutin melaporkan dan menginformasikan keadaan cuaca di Ponorogo. Terutama untuk pencegahan dan kesiapsiagaan atau mitigasi.
"Misal pohon tumbang, kita bisa langsung menangani. Kita mitigasi," pungkas Jamus. (fat/fat)