Prakirawan cuaca pada BMKG Banyuwangi, Anjar Triono mengatakan di lautan angin berbentuk kolom ini disebut dengan waterspout. Sementara jika di daratan itu disebut dengan puting beliung.
"Hampir sama dengan puting beliung. Kalau di lautan itu waterspout," ujarnya kepada detikcom, Selasa (11/1/2022).
Fenomena waterspout terbentuk dari sistem awan cumulonimbus (CB). Namun demikian, tidak semua awan CB dapat menimbulkan fenomena waterspout.
Terbentuknya waterspout oleh awan CB tergantung pada kondisi labilitas atmosfer. Keberadaan awan CB juga dapat mengindikasi adanya potensi hujan lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang.
"Waterspout terbentuk biasanya karena awan cumulonimbus. Jika muncul maka akan disertai dengan angin kencang, gelombang tinggi dan hujan lebat dengan disertai dengan petir," jelasnya.
Waterspout bisa kapan saja terjadi. Sehingga perlu diwaspadai oleh awak kapal yang berada di lautan.
"Tetap waspada di sekitar Selat Bali dan lautan Sub tropis lainnya," tambahnya.
Untuk prakiraan cuaca, kata Anjar, Banyuwangi sudah memasuki puncak musim hujan. Puncak musim hujan terjadi pada bulan Januari dan Februari. Pihaknya juga meminta kewaspadaan bagi operator kapal di Selat Bali. Karena biasanya pada puncak musim hujan ini sering terjadi cuaca buruk.
"Sering ada gelombang besar, hujan lebat dan petir. Tapi biasanya yang mengganggu di Selat Bali adalah jarak pandang yang terbatas," pungkasnya.
(fat/fat)