Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Cabang Pacitan, Damhudi menduga kematian satwa dilindungi itu bukan kesengajaan. Terlebih nelayan menganggap kemunculan lumba-lumba diyakini mendatangkan ikan.
"Kecil kemungkinan disengaja dan diburu nelayan. Kalau muncul lumba-lumba itu berarti juga ada ikan yang lain. Kalau orang Jawa bilang Nggiring Iwak (menggiring ikan)," katanya berbincang dengan detikcom, Sabtu (8/1/2022) sore.
Dengan kata lain, kehadiran lumba-lumba di suatu wilayah perairan menguntungkan nelayan. Sebab, di area tersebut dapat dipastikan banyak kawanan ikan yang dapat ditangkap.
"Makanya kalau ketangkap ya apes. Eman-eman (sayang) sebenarnya kalau tertangkap," imbuhnya.
Damhudi mengakui kasus kematian lumba-lumba akibat terperangkap jaring relatif jarang terjadi. Begitu mendengar kabar, dirinya langsung menggali informasi. Terutama terkait pemilik kapal dan asal usul ABK.
"Di berita itu kan menyebut nelayan Pacitan ya. Ternyata setelah saya konfirmasi, pemilik kapal dan ABK, termasuk nahkodanya dari luar," katanya.
Sementara itu, hingga saat ini nakhoda beserta 3 ABK masih menjalani pemeriksaan di Satreskrim Polres Pacitan. Rencananya sejumlah 23 awak kapal akan diperiksa secara bergantian.
Sebelumnya, tim gabungan melakukan penggeledahan terhadap kapal saat hendak bersandar di Pelabuhan Tamperan. Tidak ditemukan bangkai lumba-lumba di atas kapal. Petugas juga meminta keterangan sejumlah saksi.
"Sampai saat ini pemeriksaan masih berlangsung. Selengkapnya akan kami sampaikan setelah semuanya selesai," kata Kasatreskrim AKP Dika Hadiyan Widya Wiratama kepada detikcom.
(iwd/iwd)