Kini, relawan kesehatan itu sudah kembali ke Surabaya. Diwakili Rumah Sakit Terapung Ksatria Airlangga (RSTKA) dan BEM, mereka melaporkan kegiatan sekaligus evaluasi agar lebih baik ke depan.
Direktur RSTKA, dr Agus Harianto SpB(K) melaporkan, ada beberapa tim gabungan dari Unair. Seperti FK, RSU dr Soetomo, RS Unair, IKA Unair, IKA FK Unair dan Dinkes Jatim yang langsung terjun ke lokasi setelah erupsi terjadi.
"Kami langsung bergerak cepat, 18 jam setelah kejadian kami menerjunkan tim untuk survei dan disusul tim dokter dan relawan yang lain," kata Agus kepada wartawan di FK Unair, Jumat (7/1/2022).
Sebanyak 50 dokter tersebut terdiri dari dokter spesialis dan dokter umum. Dua Dokter Spesialis Orthopedi dan Traumatologi, 13 Dokter Spesialis Bedah Plastik Rekonstruksi dan 14 PPDS bedah plastik diterjunkan untuk menangani keadaan emergensi. Termasuk melakukan tindakan operasi kepada korban luka bakar di RS Lumajang.
"Selain itu ada dua dokter spesialis anestesi, tiga PPDS anestesi, dua PPDS orthopedy dan traumatologi , 14 dokter umum dan satu bidan," sebutnya.
Tim gabungan saat itu menyebar di posko untuk melakukan pelayanan kesehatan. Yakni di Pos Pengungsi Penanggal, Desa Sumbermujur, Sumberwuluh, Kecamatan Pasirian, Pronojiwo dan Candipuro.
Selain itu, tim gabungan ini juga mengumpulkan donasi dan menyalurkan bantuan baik medis maupun non medis. Menyediakan ambulans untuk operasional di lokasi, dan jemput bola ke rumah warga untuk melakukan pelayanan kesehatan.
Pihaknya juga menyediakan hunian sementara bagi para korban terdampak erupsi Semeru. Hunian sementara ini disediakan untuk mengakomodir warga yang kehilangan rumah tinggalnya yang tersapu lahar, dan menunggu rumah yang disiapkan oleh pemerintah.
Dekan FK Unair Prof dr Budi Santoso SpOG(K) mengapresiasi para relawan. Ia berharap, gerakan yang digawangi oleh RSTKA bisa menjadi inspirasi untuk institusi kesehatan lain, agar ikut terjun ke masyarakat saat dibutuhkan.
"Upaya yang dilakukan oleh RSTKA dan posko gabungan ini selalu kami tampilkan di setiap pertemuan. Sehingga kami harapkan ke depan muncul RSTKA-RSTKA lain karena kalau kita bergerak sendiri ke 17 ribu lebih pulau di Indonesia tentu kita tidak akan mampu," pungkasnya.