.webp)
Kepala Stasiun BMKG Malang, Anung Suprayitno mengatakan, fenomena hujan es atau hail ini disebabkan adanya awan CB.
"Pada awan ini terdapat tiga macam partikel (yaitu) butir air, butir air super dingin, dan partikel es," ujar Anung melalui aplikasi WhatsApp, Kamis (23/12/2021).
Sehingga, lanjut Anung, hujan lebat yang masih berupa partikel padat baik es atau hail dapat terjadi tergantung dari pembentukan dan pertumbuhan awan CB tersebut.
"Biasanya awan berbentuk berlapis-lapis seperti bunga kol," sambungnya.
Menurut Anung, di antara awan tersebut ada satu jenis awan yang mempunyai batas tepinya sangat jelas. Yakni berwarna abu-abu menjulang tinggi yang akan cepat berubah warna menjadi abu-abu atau hitam.
Baca juga: Hujan Es di Malang Terjadi 10 Menit |
"Hujan es bersifat sangat lokal, dengan luasan berkisar 5 sampai 10 KM dan waktunya singkat kurang dari 10 menit," tuturnya.
Anung menjelaskan, hujan es lebih sering terjadi pada peralihan musim, dapat dimungkinkan terjadi pada musim hujan dengan kondisi cuaca sama seperti masa transisi atau pancaroba.
"Lebih sering terjadi antara siang dan sore hari, dan tidak bisa diprediksi secara spesifik, hanya bisa diprediksi 0.5-1 jam sebelum kejadian jika melihat atau merasakan tanda-tandanya dengan tingkat keakuratan kurang lebih hanya 50 persen," jelasnya.
Dikatakan juga, bukan berarti bahwa awan Cumulonimbus dapat menimbulkan hujan es atau hail. Meskipun hujan es dapat terjadi karena awan Cumulonimbus.
"Hanya berasal dari awan Cumulonimbus, tetapi tidak semua awan Cb menimbulkan hujan es atau hail. Kemungkinannya kecil untuk terjadi kembali di tempat yang sama dan dalam waktu yang singkat," pungkasnya. (fat/fat)
