Sementara, warga yang memelihara atau penggaduh ternak mendapat keuntungan sebesar 60 persen untuk warga yang miskin. Sedangkan 40 persen sisanya untuk kelompok tani.
"Kita fokus pemberdayaan di bidang ketahanan pangan yaitu ternak," tutur Kades Selur Suprapto kepada detikcom saat ditemui di kantornya, Kamis (23/12/2021).
Suprapto menerangkan pemilihan kambing tersebut karena secara geografis Desa Selur sangat menunjang untuk kegiatan peternakan. Selain itu, potensi lain bisa didapatkan dari kotoran kambing yang bisa diubah menjadi biogas dan pupuk kandang.
"Kita punya gambaran, potensi ternak yang kita bina dari Pemdes juga ternak mandiri warga, kotoran hewan sangat besar," imbuh Suprapto.
Sebab, lanjut Suprapto, saat sudah berjalan 6 bulan terakhir dari indukan 243 ekor kini bertambah 200 ekor anakan. Nantinya tiap kelompok setiap 4 bulan sekali melaporkan kondisi tiap kambing. Tentu ini menjadi kekhawatiran tersendiri terkait limbah kotoran hewan.
"Disini lah kita mulai merancang, sampah ini kita kelola. Kerjasama dengan perguruan tinggi. Selain dikelola menjadi biogas dan juga diolah menjadi pupuk organik," terangnya.
Pupuk organik ini, lanjut Suprapto jadi potensi besar. Sebab, 90 persen warga di Selur bekerja sebagai petani. Terutama petani porang, jagung dan padi.
"Kita juga memerlukan kerjasama antar pihak dan teknologi, agar pupuk secara kajian akademisi layak untuk diperjualbelikan melalui Bumdes untuk pemulihan ekonomi," papar Suprapto.
Suprapto menerangkan tahun 2022 mendatang pihaknya menganggarkan untuk rumah produksi. Tujuannya, untuk bidang ketahanan pangan.
"Tahun 2022 kita akan menganggarkan rumah produksi, masuk bidang ketahanan pangan. Desa bebas lapar tercapai, Selur harus duluan," pungkasnya. (fat/fat)