"Setiap kader NU yang punya kemampuan dan pendukung, punya hak yang sama untuk mencalonkan Ketua Umum PBNU. Silakan nanti muktamirin (Peserta muktamar) yang akan memilih," kata Gus Ipul, Kamis (9/12/2021).
Di Muktamar NU, Ketua Umum akan dipilih secara langsung oleh Muktamirin, sedangkan Rais Aam akan dipilih melalui mekanisme Ahwa (Ahlul halli wal aqdi) yaitu pemilihan secara tertutup yang dilakukan 9 kiai sepuh NU. Ketua umum di PBNU adalah pelaksana sedangkan Rais Aam adalah pengendalinya.
"Kita ingin muktamar adem. Tapi biasa di NU itu ada gegeran (Beda pendapat) tapi akhirnya ger-geran (guyonan). Saat ini ada yang menginginkan ketua umum bertahan atau status quo dan menginginkan regenarasi," ujar mantan Ketua Umum GP Ansor dua periode ini.
Baca juga: Terima Permintaan Para Kiai, Said Aqil Siap Maju Lagi Jadi Ketum PBNU |
Gus Ipul yang juga keponakan KH Abdurahman Wahid (Gus Dur) ini menilai Kiai SAS sudah dua periode dan sudah cukup waktu untuk berbuat bagi NU. "Saya sendiri menginginkan regenerasi dan Gus Yahya sangat layak meneruskan kepemimpinan di PBNU," ujarnya.
Gus Ipul menyinggung pemberitaan di berbagai media bahwa deklarasi Kiai SAS diklaim didukung beberapa Wilayah. Meskipun, lanjut dia, dalam beberapa foto yang beredar hanya sedikit PWNU yang hadir itupun bukan ketua PWNU melainkan hanya wakil ketua atau wakil sekretaris PWNU.
Hal ini, kata Gus Ipul, berbeda dengan dukungan ke Gus Yahya yang nampak sangat nyata dan banyak. Menurut Gus Ipul hal itu terlihat saat Konferensi Besar di PBNU pada Selasa (7/12) malam di mana Gus Yahya nampak didampingi lebih dari 80 persen Ketua dan Rois Syuriah PWNU se Indonesia.
"Klaim bisa dilakukan siapapun, tapi Muktamirin yang akan menentukan di arena Muktamar. Mengklaim itu boleh tapi menghitungnya harus cermat," pungkasnya. (fat/fat)