Kasi Data dan Informasi BMKG Klas I Juanda Surabaya Teguh Tri Susanto menyebut salah satu yang berpengaruh pada curah hujan yakni angin gradien dipengaruhi yang angin monsun barat. Di mana ada pola konvergen di Jatim yang menyebabkan curah hujan tinggi, suhu di siang hari menjadi hangat dan angin kencang.
Sejumlah dinamika atmosfer di Jatim ini terjadi dalam rentang waktu tanggal 22 hingga 28 November 2021. Lalu ada El Nino-Southern Oscillation. Di mana indeks Nino 3,4 = -0,61 yang berada pada fase La Nina.
"Mengakibatkan ada penambahan uap air dari Samudera Pasifik yang meningkatkan curah hujan," papar Teguh di Surabaya, Rabu (24/11/2021).
Peningkatan curah hujan ini juga dipengaruhi anomali suhu muka laut yang nilainya 0,5 sampai 1,5°C. Hal ini menandakan perairan cukup hangat dan cukup meningkatkan penguapan dan suplai massa uap air.
Selain itu, pada dinamika atmosfer juga terjadi Indian Oceanic Dipole, yang mana Dipole Mode Index berada di angka -0,38 dan berada pada fase netral. Namun, hal ini tidak mempengaruhi curah hujan karena tidak ada penambahan massa uap air dari Samudera Hindia.
Ada juga Madden Julian Oscillation atau MJO yang berada pada fase lemah atau sedang tidak aktif. Hal ini tidak turut menyebabkan hujan. Lalu tidak ada aktivitas gelombang atmosfer yang diprakirakan tidak turut menyebabkan hujan.
"Masyarakat diimbau agar tetap waspada dan berhati-hati terhadap dampak potensi cuaca ekstrem," pesan Teguh.
Teguh juga mengimbau masyarakat tidak berenang atau berteduh di bawah pohon ketika terjadi sambaran petir. Lalu, Teguh mengingatkan jangan lupa membersihkan saluran air buangan agar tidak terjadi banjir. (hil/fat)