Teguh mengatakan ada sejumlah hal yang memicu terbentuknya awan arcus ini. Salah satunya, karena ketidakstabilan atmosfer saat terjadi pertemuan massa udara yang lebih dingin dengan lebih hangat.
"Awan arcus terbentuk dari hasil ketidakstabilan atmosfer di sepanjang pertemuan massa udara yang lebih dingin dengan massa udara yang lebih hangat serta lembab, sehingga membentuk tipe awan yang memiliki pola pembentukan horizontal memanjang," jelasnya.
"Kondisi tersebut dapat terjadi salah satunya karena adanya fenomena angin laut dalam skala yang luas mendorong massa udara ke arah daratan," imbuhnya.
Teguh menambahkan awan ini bisa menimbulkan cuaca buruk seperti hujan lebat hingga angin kencang disertai petir.
"Awan tersebut dapat menimbulkan angin kencang dan hujan lebat yang dapat disertai kilat atau petir dan badai guntur di sekitar pertumbuhan awan," kata Teguh.
Namun, Teguh menegaskan awan ini tidak berkaitan langsung dengan terjadinya bencana seperti gempa hingga tsunami.
"Fenomena awan Arcus tersebut tidak ada kaitan langsung atau khusus dengan fenomena tsunami yang merupakan akibat dari gempa," imbuhnya.
(fat/fat)