"Ndak ditunda, (tapi) maju malahan. Bukan ditunda, kalau ditunda, kan malah 2022 nantinya," kata Kiai Miftachul di Surabaya, Kamis (18/11/2021).
Miftachul menjelaskan, jika penyelenggaraan Muktamar PBNU mundur, maka bisa menjadi tone negatif di mata publik. Pihak PBNU masih mematangkan waktu apabila Muktamar dimajukan.
"Kita masih upayakan (dimajukan), untuk ngimbangi berita viral katanya ditunda. Saya katakan tidak (belum pasti). Kita nanti ketemu pengurus (PBNU), jadi ini belum berita pasti," katanya.
Ketum MUI ini menegaskan, sesuai hasil Munas, Muktamar PBNU akan diselenggarakan tahun 2021. "Otomatis maju monggo, kita pilih maju saja, ya sebelum (PPKM 24 Desember), pokoknya tidak menabrak PPKM-nya pemerintah," terangnya.
Pengasuh Ponpes Mifthacus Sunnah Surabaya ini menambahkan, jika Muktamar NU diundur maka bisa berdampak negatif. Apalagi, setelah libur Nataru, belum tentu pandemi COVID-19 naik atau turun.
"Kemungkinan maju, dan efeknya ke belakang negatif. Kalau maju malah positif. Kalau ke belakang kan (diundur), setelah liburan malah dikhawatirkan COVID-19. NU harus siaplah dimajukan," pungkasnya.
Sebelumnya diketahui, PBNU bakal menunda penyelenggaraan Muktamar NU, yang rencananya digelar pada Desember 2021. Rencana penerapan PPKM level 3 se-Indonesia oleh pemerintah menjadi alasan utama Muktamar NU ditunda.
"Maka, dalam konteks itu, PBNU nanti akan memutuskan kapan kapan, meskipun sudah aspirasi yang menyampaikan aspirasi bahwa mundur bertepatan dengan hari baik, yaitu tanggal 31 Januari 2022, di mana bertepatan dengan harlah NU," kata Sekjen PBNU, Helmy Faishal Zaini saat dihubungi, Kamis (18/11/2021). (sun/bdh)