"Sejak pandemi ini, kegiatan perekonomian terganggu. Langkah jangka pendek kita, kebutuhan kelangsungan warga terjamin, yang khususnya mereka pekerjaannya mengandalkan pendapatan harian, karena minim tabungan," kata Anies di Surabaya, Jumat (12/11/2021).
Anies mengungkapkan, ada 3,6 juta kepala keluarga (KK) di DKI. Satu juta KK mendapat subsidi dari pemerintah sebelum pandemi. Setelah pandemi, ada 2,4 juta KK yang mendapat subsidi bansos di Jakarta.
"Ketika ekonomi Jakarta terganggu, yang mudah muncul masalah sosial. Kita beri jaminan sosial, berupa bansos saat awal pandemi, agar masalah sosial ini bisa ditekan, bagaimana banyak warga yang pekerjaannya yang terdampak karena pandemi," terangnya.
Mantan Mendikbud RI ini mengungkapkan, pihaknya juga mengajak pelaku UMKM untuk masuk ke pasar digital. Pasalnya di DKI, 93,5 persen pelaku usaha ialah UMKM. Sisanya 6,5 persen adalah pelaku usaha besar.
"Kita merasakan saat ini ekonomi mulai terkendali, kita memastikan bahwa yang mikro bisa masuk dalam pasar digital yang amat tumbuh di Jakarta. Mereka UMKM, masuk ke pasar UMKM, banyak produknya hanya di lingkungan sekitar, untuk ke pasar besar, mereka harus punya izin usaha mikro kecil (IUMK) dan juga punya NPWP," katanya.
"Kami pemerintah DKI mengubah pola kerja, dulu warga datang ke Pemprov mengajukan IUMK, sekarang petugas kita yang datang ke pelaku IUMK, agar mereka bisa berjualan di pasar digital," lanjutnya.
Hasilnya, Anies menyebut, pada tahun 2019, IUMK di DKI baru sebanyak 28 ribu. Pada 2021, naik menjadi 242 ribu.
"Sehingga yang kecil-kecil punya IUMK, NPWP, mereka bisa masuk ke pasar digital yang besar supaya mereka terbawa ke pertumbuhan perekonomian yang bangkit. Untuk masuk ke pasar digital, usaha itu harus punya IUMK dan NPWP," bebernya.
Selain itu, Anies membeberkan naiknya pengguna transportasi umum di DKI Jakarta. Pada awal dirinya menjabat di akhir 2017, pengguna transportasi umum hanya 350 ribu per hari. Tahun 2021, sudah mencapai 1 juta pengguna per hari.
"Ini penting untuk dunia usaha, karena biaya mobilitas yang mahal, bisa jadi warga malah melakukan kegiatan perekonomian di luar perkotaan. Itu yang telah kita lakukan, Jak Lingko ini kita kembangkan terus. Kota besar itu akan menarik saat mobilitas penduduk di dalam kota dan konektivitas antarkota itu baik," sambungnya.
Selain itu, dalam penanganan COVID-19, angka testing, transparansi data, serta digitalisasi di DKI, disebut Anies, salah satu yang terbaik di dunia.
"Penanganan COVID-19 kemarin harus ditunjukkan ke media internasional, bahwa di Jakarta ini bagus sekali. Tracing, testing kita lebih baik dari New York. Memang ngoyo (kerja keras), tapi kita kirim pesan ke internasional, bahwa kita mengerjakan penanganan COVID-19 dengan benar. Kalau penanganan COVID-19 kita bisa dipercaya, lainnya juga dipercaya," pungkasnya.