"Background-nya Bung Tomo ini sebenarnya bukan penyiar tapi wartawan di kantor berita Domei dan memang berhasil mengobarkan semangat. Jadi selama pertempuran radio ini tetap mengudara. Kan pemancarnya ini milik Jepang yang sebesar kulkas itu bisa dipindah-pindah," jelas Inisiator Forum Diskusi Sejarah Begandring Soerabaia itu.
"Jadi saat perang dan dipukul mundur, pemancar radio ini juga ikut mundur sampai ke Pacet Mojokerto, hingga ke Malang. Dan masih mengudara. Bahkan terakhir sampai ke Bandung dibawa dengan gerbong kereta dan berhasil 'ngompori' pejuang di sana sehingga lahir peristiwa Bandung Lautan Api," sambung Kuncar.
Namun jangan harap saat ini bisa menyaksikan rumah radio yang digunakan oleh Bung Tomo di Jalan Mawar, Surabaya itu. Sebab sejak 2016 rumah itu telah rata dengan tanah karena dirobohkan oleh pemiliknya. Padahal bangunan tersebut merupakan salah satu Bangunan Cagar Budaya.
(sun/bdh)