600 KK Terdampak Banjir Bandang di Kota Malang, Pemkot Cari Solusi Jitu

600 KK Terdampak Banjir Bandang di Kota Malang, Pemkot Cari Solusi Jitu

Muhammad Aminudin - detikNews
Senin, 08 Nov 2021 17:35 WIB
Sebanyak 600 Kepala Keluarga (KK) terdampak banjir bandang di Kota Malang. Mereka tinggal di bantaran Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas.
Wali Kota Malang, Sutiaji (baju hitam)/Foto: Muhammad Aminudin/detikcom
Malang - Sebanyak 600 Kepala Keluarga (KK) terdampak banjir bandang di Kota Malang. Mereka tinggal di bantaran Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas.

Pemerintah Kota Malang kebingungan mencari solusi, agar warga aman dari bahaya banjir. Relokasi yang pernah direncanakan mengalami titik buntu.

Hal ini disampaikan Wali Kota Malang, Sutiaji saat meninjau titik terdampak banjir, Senin (8/11/2021). Ada empat titik yang dikunjungi Sutiaji. Yakni Kelurahan Muharto, Jatimulyo, Polehan dan terakhir Kampung Putih di Jalan Jaksa Agung Suprapto, Kota Malang.

Sutiaji memutuskan agar warga kembali pulang dari pengungsian karena mempertimbangkan beberapa faktor. Pertama, secara psikologis menetap di pengungsian tidak baik untuk warga. Kedua terkait protokol kesehatan.

"Maka kemarin saya minta teman-teman kalau rumahnya sudah dibersihkan dan seterusnya bisa kembali dari pengungsian," ujar Sutiaji kepada wartawan di Kampung Putih.

Karena tempat tinggal warga berada di bantaran DAS Brantas, kesiapsiagaan satgas, kelurahan dan muspika dibutuhkan, untuk memberikan komando saat adanya bahaya banjir.

"Saya sudah minta itu ada kentongan yang nginstruksikan BPBD kepada masing-masing kelurahan dan kecamatan. Nanti curah hujan di sana (Kota Batu) demikian, ketika itu tinggi maka kita harus siap-siap. Kita akan evakuasi," imbuh Sutiaji.

Menurut Sutiaji, persoalan yang ada di DAS Brantas merupakan wewenang Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Brantas. Karena APBD Kota Malang tak mampu menyelesaikan.

"Kalau ada masalah tanggul dan lain sebagainya, bukan domain kita. Karena kita berada di aliran DAS Brantas, ini kan semuanya seperti plengsengan dan lain sebagainya di BBWS," tuturnya.

Sutiaji mengaku hanya edukasi tentang bahaya banjir kepada masyarakat. Selain mencukupi kebutuhan hidup, alat tulis serta buku dan seragam sekolah.

"Kita masih inventarisir kebutuhan warga, karena saat ini yang menumpuk bahan baku semua. Perlu nanti ATK (alat tulis kantor), buku dan seragam sekolah," terangnya.

Relokasi menjadi hal penting. Namun, kata Sutiaji, cukup sulit untuk merealisasikannya. Pemkot Malang pernah memberikan solusi dengan membangun rumah susun. Namun, warga menolak untuk menempati.

"Kita edukasi karena pemindahan ya kita tahu semua kita masih mencari solusi, kita sudah punya rusun tapi kadang-kadang ya. Jadi dulu punya simulasi yang berada di DAS Brantas kita akan buat rusun tetapi tidak jauh dari rumah aslinya. Banjir kemarin, saya kira mudah-mudahan semakin menyadarkan saudara kita yang berada di DAS Brantas," ujarnya.

Sutiaji menambahkan, awalnya hanya dua sampai tiga titik yang terdampak banjir bandang, Kamis (4/11). Tetapi, wilayah lain ikut terdampak. Misalnya Polehan dan Muharto yang semuanya berada di DAS Brantas.

"Hanya wilayah Sukun saja, karena tidak berada di DAS Brantas yang tak terdampak banjir. Total jumlah KK terdampak sebanyak 600-an, sedangkan jumlah jiwanya 1.100-an," pungkas Sutiaji.

Halaman 2 dari 2
(sun/bdh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya
Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.