Dosen Unej Masuk 58 Ilmuwan Indonesia yang Berpengaruh di Dunia

Dosen Unej Masuk 58 Ilmuwan Indonesia yang Berpengaruh di Dunia

Yakub Mulyono - detikNews
Senin, 01 Nov 2021 18:31 WIB
Sebanyak 58 ilmuwan Indonesia masuk dalam daftar 2% saintis paling berpengaruh di dunia 2021. Salah satunya Dosen Universitas Jember (Unej) Prof Bambang Kuswadi.
Prof Bambang Kuswadi/Foto: Yakub Mulyono
Jember -

Sebanyak 58 ilmuwan Indonesia masuk dalam daftar 2% saintis paling berpengaruh di dunia 2021. Salah satunya Dosen Universitas Jember (Unej) Prof Bambang Kuswadi.

Dosen yang juga menjabat sebagai Wakil Rektor III Unej itu, diketahui sebagai seorang guru besar dan peneliti Fakultas Farmasi, yang fokus pada pengembangan sistem sensor kimia dan biologi untuk obat, pangan juga kesehatan.

Menanggapi statusnya itu, Prof Bambang mengaku bangga dan merasa senang hasil penelitiannya menjadi rujukan oleh peneliti lain. Terlebih dirinya berada di peringkat ketiga dari daftar 58 ilmuwan RI berpengaruh di dunia itu.

"Alhamdulillah saya merasa bangga dengan prestasi ini," kata Prof Bambang, Senin (1/11/2021).

Ia mengaku, ada 70 karya tulis ilmiah hasil penelitiannya mengenai sensor kimia dan biologi yang dimuat oleh berbagai jurnal ilmiah internasional. Prof Bambang mulai meneliti sensor kimia dan biologi sejak menempuh kuliah pascasarjana di University of Manchester Institute of Science and Technology (UMIST), Inggris tahun 1997.

Penelitiannya itu juga menjadi kajian sebagai tema tesis dan disertasinya. Menurut Bambang, alasan memilih fokus pada sensor kimia dan biologi, karena aplikasinya dibutuhkan oleh masyarakat luas.

"Sementara untuk pengembangannya tidak selalu memerlukan standar laboratorium yang canggih," katanya.

Simak juga 'Era Disrupsi, Jokowi Dorong Universitas Perkuat Pemanfaatan Teknologi':

[Gambas:Video 20detik]



Terkait penelitian yang dilakukan olehnya, secara singkat Bambang menjelaskan latar belakang sensor kimia yang dikembangkan. Sensor itu, katanya, untuk mengetahui kesegaran ikan atau produk berbasis ikan seperti fillet ikan.

"Dengan sensor ini maka konsumen bisa mengetahui dengan gampang apakah produk yang dibelinya masih segar atau sudah tidak layak konsumsi. Jadi sensor tersebut bisa ditempel di kemasan produk berbasis ikan atau bahkan daging lainnya," kata pria asal Sumenep, Pulau Madura itu.

"Jika sensor menunjukkan warna hijau maka masih segar, muncul warna merah berarti sudah tidak layak lagi untuk dikonsumsi. Ada juga sensor kimia untuk mengetahui apakah ada kandungan alkohol dalam sebuah produk makanan," sambungnya menjelaskan.

Sedangkan di bidang kesehatan, dirinya mengembangkan sebuah pembalut wanita yang dipasangi sensor. "Bernama Smart Pads, jadi saat dipakai bisa menunjukkan kadar kreatinin penggunanya. Sementara untuk kaum pria dibentuk mirip alat tes kehamilan yang pemakaiannya dicelupkan ke urine. Dengan sensor tersebut maka pasien tidak perlu tes dengan cara mengambil sampel darah," ujarnya.

"Untuk saat ini, penelitian yang saya lakukan adalah lab on tip, di mana kita memasang sensor tertentu di ujung pipet sehingga seorang peneliti bisa mengetahui kandungan bahan yang ditelitinya dengan segera," sambungnya.

Ia mencontohkan, alat yang dibuatnya ini bisa dipakai peneliti yang ingin mengetahui kandungan pestisida dalam sayur atau buah.

"Begitu dicelupkan di sampel yang sudah disiapkan maka sensor yang ada di ujung pipet akan memberikan informasi apakah ada kandungan pestisida atau tidak tanpa harus membawanya ke laboratorium sehingga praktis," jelas guru besar yang juga sudah menulis 17 buku ini.

Perlu diketahui, Stanford University secara berkala menetapkan peringkat ilmuwan yang dinilai memiliki pengaruh di dunia. Melalui publikasi ilmiah bertajuk Data for Updated Science-Wide Author Databases of Standarized Citation Indicators.

Peringkat yang ditetapkan itu, dibuat berdasarkan jumlah sitasi publikasi atas karya tulis ilmiah yang sudah dipublikasikan di jurnal bereputasi tingkat dunia.

"Jadi makin banyak peneliti yang merujuk kepada penelitian kita, maka artinya penelitian yang kita lakukan dinilai memberikan dampak luas bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi," jelas Bambang.

Dalam publikasi ilmiah ini, kata Prof Bambang, Stanford University mencatat ada 159.648 ilmuwan dari berbagai negara yang dianggap berpengaruh di dunia.

Menanggapi prestasi yang diraih salah satu dosennya itu, Rektor Universitas Jember Iwan Taruna mengaku bangga. Dengan masuk dalam daftar 58 ilmuwan Indonesia paling berpengaruh di dunia, diharapkan menjadi contoh bagi kolega dosen lainnya.

"Universitas Jember terus berusaha mendorong makin banyak peneliti Unej yang tampil di tataran dunia. Caranya dengan memperbanyak hasil penelitian yang dimuat di jurnal internasional," kata Iwan.

Selanjutnya, katanya, dari hasil penelitian bisa dimanfaatkan oleh industri dan berdampak bagi masyarakat luas. "Caranya dengan berbagai hibah penelitian dan memfasilitasi kerjasama dengan perguruan tinggi di luar negeri," pungkasnya.

Halaman 2 dari 3
(sun/bdh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya
Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.