Malang -
Lima mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) tengah serius mengembangbiakan ikan Axolotl. Ikan Axolotl adalah ikan langka yang berasal dari Meksiko.
Kelima mahasiswa tersebut adalah Daffa Khairan(FPIK), Brillian Prastica(FPIK), Muhammad Setiawan Gusmi(FPIK), Rere Tara Mahameru (FPIK) dan Ali Akbar (FILKOM) dibawah bimbingan Mochammad Fattah.
Budidaya Axolotl dilakukan dengan teknologi water close-loop chiller systems. Teknologi ini memungkinkan ikan yang biasa disebut ikan salamander ini bisa beradaptasi dengan iklim Indonesia.
Ketua tim Daffa Khairan mengatakan Axolotl memiliki bentuk yang unik, sekilas seperti naga namun memiliki bentuk wajah tersenyum sehingga sering dikenal juga dengan sebutan 'Smiling Salamander'.
Hewan ini juga digunakan dalam penelitian ilmiah karena mereka memiliki kemampuan unik yaitu mampu meregenerasi hampir seluruh anggota tubuh.
 Ikan axolotl dibudi dayakan dengan teknologi Aquaxo (Foto: Dok. Universitas Brawijaya) |
"Dibalik potensi yang menjanjikan tersebut Axolotl sulit hidup di Indonesia dikarenakan parameter untuk memijahnya yang berbeda dari kebanyakan ikan lainnya," kata Daffa kepada wartawan, Kamis (28/10/2021).
Menurut Daffa, hal tersebut tidak dapat dipungkiri karena hewan endemic Mexico ini memiiki habitat di danau Xochimilco dengan tinggi 2.240 mdpl sehingga memiliki parameter air yang berbeda terlebih pada suhu air.
Teknologi dinamai AQUAXO sebagai media budidaya ternyata mampu menjadikan Axolotl beradaptasi dan hidup dengan parameter iklim tropis Indonesia. Daffa mengungkapkan, AQUAXO menerapkan teknologi water close-loop chiller systems dan ternyata berhasil untuk membudidayakan hewan endemik ini.
Dengan teknologi ini, Axolotl yang dipelihara ini bahkan dalam satu kali produksi dapat menghasilkan ratusan telur.
"AQUAXO memiliki visi untuk dapat melestarikan dan mengembangkan komoditi unik ini dengan menggunakan tehnologi yang kami kembangkan yaitu dengan water closed loop chiller system," tegasnya.
Menurut Daffa, Axolotl dengan budidaya AQUAXO yang dikembangkan memiliki daya tahan yang lebih kuat. Hal ini disebabkan karena Axolotl sudah berhasil adaptif dengan parameter yang ada di Indonesia sehingga sangat memungkinkan untuk memilikinya di rumah.
"Selain itu, perawatan yang cukup mudah menjadikan Axolotl pilihan keren untuk memilikinya di rumah," ungkap Daffa.
Sementara dalam proses perawatan di rumah, lanjut Daffa, Axolotl diletakkan di dalam akuarium kaca menggunakan water chiller yang berfungsi untuk memanipulasi parameter suhu karena Axolotl membutuhkan suhu sekitar 18 sampai 20 derajat celcius untuk memijah (melepaskan telur), dengan rentang hidup pada suhu 16 sampai 28 derajat celcius.
Dapat dikatakan bahwa Axolotl hasil breeding AQUAXO memiliki kualitas yang tinggi dibandingkan Axolotl di luar karena mampu beradaptasi di suhu tropis bahkan hingga 28 derajat celcius.
"Dengan hadirnya AQUAXO diharapkan mampu memberikan variasi baru pada komoditas ikan hias di Indonesia sekaligus menembus pasar ekspor, demi mengangkat potensi perikanan Indonesia," imbuh Daffa.
Kini Tim AQUAXO sudah banyak menerima permintaan Axolotl baik dari pasar domestik maupun luar negeri.
"Dari domestik batch 1 kemarin langsung terjual habis dan profit sampai Rp 9 juta. Dari luar negeri sudah ada permintaan 1.000 lebih Axolotl untuk diekspor," pungkasnya.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini