Surabaya -
Nelayan di Surabaya mengeluh soal langkanya solar. Jika solar di Surabaya kian susah didapat, maka para nelayan terancam tak bisa melaut lagi.
Wakil Ketua Kelompok Nelayan Samudera Jaya Kelurahan Kedung Cowek Surabaya, Mas'ud mengatakan saat ini para nelayan kesusahan mencari solar. Sebab, solar di SPBU langganan nelayan di area Kedung Cowek habis.
"Kita nelayan di sini pakai solar SPBU, kita kesulitan solar mulai kemarin. Kemarin sudah gak ada solar, yang dipakai tinggal sisa-sisa," kata Mas'ud saat ditemui detikcom, Jumat (22/10/2021).
Jika bahan bakar solar terus habis dan susah dicari, kata Mas'ud, dengan terpaksa para nelayan tak bisa melaut. Melaut pun harus ikut dengan perahu nelayan lainnya untuk menghemat bahan bakar.
 Foto: Esti Widiyana |
"Kalau gak ada solar terpaksa gak bisa melaut. Bisa (melaut), tapi ikut teman pakai bensin," ujar Mas'ud.
Saat ini, ia dan nelayan yang lain masih memiliki sekitar 25 liter solar. Sebanyak 25 liter itu bisa habis dalam waktu 3 hari melaut.
"Ini masih ada 25 liter, kalau ga ada lagi sudah ga bisa melaut. Melaut ini kan lihat musim. Biasanya 2-7 liter solar sehari," jelasnya.
Hingga saat ini, para nelayan masih bisa melaut. Akan tetapi menggunakan bahan bakar pertamax yang harganya jauh lebih mahal dari solar.
"Sampai hari ini masih bisa melaut, tapi bensin solar ga ada, disuruh pakai pertamax. Bahan bakarnya sungguh mahal. Ya nek pas rame melaut ga terasa (mahal), kalau paceklik (sepi) terasa," urainya.
Mas'ud dan kelompoknya pun juga sudah mengajukan solar ke pihak pertamina untuk meminta solar industri. Akan tetapi, hingga kini belum ada kelanjutannya. Sebab, dari Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) tidak menyampaikan informasi ke nelayan saat pertamina meminta surat rekomendasi.
"Kemarin itu sudah mengajukan solar industri ke Pertamina, tapi sampai sekarang belum ada tindak lanjutnya. KNTI ga ada informasi sama sekali. Kemarib sudah ditanyai (pertamina), saya bilang ga ada, soalnya dari KNTI ga ada konfirmasi keperluan dan syaratnya apa kita gak tau. Kita melanjutkan pengajuan salah lagi," jelasnya.
Nelayan yang dinaungi oleh Dinas Ketahanan Pangan Dan Pertanian Kota Surabaya ini juga turut dibantu pemkot. Akan tetapi, permasalahannya adalah BBM yang memiliki kewenangan sendiri.
"Kalau bisa dari pemerintah kota menyediakan BBM subsidi untuk nelayan. Selama ini dari nelayan bahan bakar langsung beli ke tengkulak, tengkulak kulaknya di pom bensin," pungkas Mas'ud.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini