"Dari Surabaya ke Ponorogo, saya beli solar di kilometer 725 Caruban. Itu pun dibatasi Rp 300 ribu," tutur salah satu sopir bus, Sadiyono (54) kepada wartawan, Kamis (21/10/2021).
Pria asal Malang itu mengatakan beberapa SPBU memang mempunyai aturan. Pembelian maksimal antara Rp 200 hingga Rp 300 ribu per satu kali pengisian. Padahal jarak antara Surabaya ke Ponorogo biasanya menghabiskan Rp 600 ribu.
"Untuk mendapatkan solar pun harus antre 45 menit per satu pom bensin," terang Sadiyono.
Akibat kelangkaan solar ini, lanjut Sadiyono, membuat waktu perjalanan semakin lama. Namun beruntung para penumpang memahami kondisi ini. Sehingga tidak ada penumpang yang protes.
"Harapannya ya biar lancar kerjanya, stok solar tetap ada di pom bensin," tukas Sadiyono.
Hal senada juga diungkapkan sopir bus lain, Kristian (34) asal Wonogiri. Perjalanan dari Ponorogo ke Jakarta pun tersendat. Jika biasanya dia bisa mengisi Rp 1 juta per satu SPBU. Kini dia harus berganti-ganti SPBU demi bisa mengisi tangki.
"Ya susah, harus sabar. Cari beberapa pom bensin. Soalnya dibatasi pembelian," kata Kristian.
Menurut Kristian, kelangkaan solar terjadi di SPBU du Jateng dan Jatim. Sedangkan di Jakarta, solar tidak mengalami kelangkaan.
"Jakarta normal, masuk daerah Jateng susah. Jakarta maksimal pembelian Rp 1 juta, Jateng ada Rp 200 atau Rp 300 ribu. Padahal sebelum kelangkaan ini, bisa langsung isi full di atas Rp 1 juta," imbuh Kristian.
Jika biasanya pukul 01.00 dini hari bisa masuk Terminal Seloaji. Akibat kelangkaan solar ini, Kristian mengaku baru bisa masuk terminal sekitar pukul 03.00 dini hari.
"Meski solar susah, sekarang belum ada kebijakan kenaikan tarif. Masih normal," pungkas Kristian. (iwd/iwd)