Alas Ketonggo Ngawi dipercaya sebagai gerbang alam gaib Gunung Lawu. Selain itu, hutan ini juga diyakini sebagai petilasan Raja Majapahit Prabu Brawijaya V.
Alas Ketonggo berada di Desa Babadan, Kecamatan Paron. Di Hutan Ketonggo terdapat Palenggahan Srigati. Ini merupakan objek wisata spiritual, yang menurut penduduk setempat adalah pusat keraton makhluk gaib.
![]() |
Saat memasuki Alas Ketonggo Ngawi, para peziarah dapat melihat Palenggahan Agung Srigati, sebuah bangunan berukuran sekitar 4x3 meter. Di dalamnya, dulu terdapat gundukan tanah, yang dari hari ke hari dikabarkan seperti hidup. Ukuran gundukan tanah itu semakin lama semakin tinggi dan melebar.
"Dalam ceritanya konon tempat ini petilasan Prabu Brawijaya atau tempat istirahat sebelum menuju puncak Gunung Lawu untuk bertapa. Prabu Brawijaya V melarikan diri dari Kerajaan Majapahit karena diserbu oleh tentara Demak. Saat itu, tentara Demak berada di bawah kekuasaan Raden Patah.," ujar salah satu juru kunci Alas Ketonggo Ngawi, Suyitno saat dikonfirmasi detikcom, Kamis (14/10/2021).
Wisata spiritual di Alas Ketonggo, kata Suyitno, diberi nama Palereman Alas Ketonggo Srigati. Area yang memiliki luas sekitar 5 hektare ini berada 12 km arah selatan pusat kota Ngawi.
"Alas Ketonggo mempunyai arti tersendiri. Alas berarti hutan, Ketonggo berasal dari kata katon (terlihat) dan onggo (makhluk halus) atau makhluk halus yang katon atau kelihatan," kata Suyitno.
Suyitno mengatakan, di masa pandemi COVID-19, pengunjung Palereman Alas Ketonggo Srigati belum diperbolehkan untuk datang kembali. Sebelum pandemi COVID-19, terutama pada Bulan Suro, banyak pengunjung yang ingin melakukan ritual.
"Saat ini masih belum dibuka dan kalau ada hanya warga sekitar saja. Belum buka sejak pandemi jadi sepi," ungkap Suyitno.
Suyitno juga menjelaskan, dalam kisahnya ada 32 lokasi petilasan Raja Brawijaya di lereng Gunung Lawu sisi Ngawi. Sembilan di antaranya di Palereman Alas Ketonggo Srigati.
"Di sini ada sembilan tempat yang paling sering digunakan untuk melakukan ritual, karena lokasi berdekatan. Antara lain Palenggahan Agung Srigati, Korigapit, Palenggahan Soekarno, Kali Tempur atau Kali Tempuk, Pundhen Tugu Mas, Pundhen Sendang Drajat, Pundhen Watu Dakon, Gua Sidodadi, Punduk Legak Kecak, dan Phunden Watu Dakon," imbuhnya.
Suyitno menambahkan, untuk mengelilingi sembilan lokasi di Alas Ketonggo Ngawi tanpa ritual diperlukan waktu sekitar satu jam. "Tapi kalau ritual ya tergantung masing-masing orangnya memilih ritual di mana. Kalau Umbul Jambe masih satu desa berjarak 2 km dari sini," pungkasnya.