Aktivitas Kegempaan Meningkat, BMKG Siapkan Sistem Peringatan Tsunami Berlapis

Aktivitas Kegempaan Meningkat, BMKG Siapkan Sistem Peringatan Tsunami Berlapis

Adhar Muttaqien - detikNews
Kamis, 07 Okt 2021 22:15 WIB
peringatan dini tsunami
Foto: Adhar Muttaqien
Trenggalek - BMKG mendeteksi terjadinya peningkatan aktivitas gempa bumi di Indonesia dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir. Kondisi itu membuat BMKG semakin meningkatkan kewaspadaan.

BMKG juga menyiapkan sistem peringatan dini tsunami secara berlapis. Mengingat sejumlah wilayah masuk zona rawan tsunami.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan kantor pusat gempa dan tsunami BMKG terus melakukan monitoring aktivitas kegempaan yang terjadi di seluruh wilayah di Indonesia. Dalam analisa itu diketahui adanya peningkatan aktivitas gempa bumi.

"Sejak tahun lalu terlihat ada tren peningkatan kegempaan itu mengklaster antara lain di selatan Jawa. Jadi ada gejala di selatan Jawa itu makin aktif," kata Dwikorita saat di Munjungan, Trenggalek, Kamis (7/10/2021).

Dari catatan BMKG sebelumnya, selama kurun waktu 2008-2016, aktivitas gempa bumi yang terjadi antara 5.000 hingga 6.000 kali. Kemudian mulai meningkat pada 2017 dengan 7.169 kali gempa.

Sedangkan pada 2018-2019 terjadi peningkatan gempa 11.500 kali dalam setahun. Sementara itu pada 2020 sempat menjadi 8.258, namun intensitasnya masih berada di atas rata-rata gempa tahunan.

Dwikorita menjelaskan peningkatan intensitas gempa bumi tersebut harus menjadi perhatian serius, sebab wilayah selatan pula Jawa masuk daerah rawan tsunami. Bahkan dari riset yang dilakukan oleh sejumlah ahli potensi gempa di selatan Jawa bisa mencapai 8,7 magnitudo.

"Ada kekhawatiran jangan-jangan sewaktu-waktu akan terjadi, apabila kita melihat sejarah dan studi. Yang paling penting, daripada menebak-nebak, masyarakat disiapkan," jelasnya.

Persiapan yang dimaksud adalah melatih kesiapan masyarakat untuk melakukan evakuasi, serta memahami sistem peringatan dini yang disiapkan oleh pemerintah.

"Seandainya terjadi (tsunami) sewaktu-waktu sudah terampil, sudah tahu apa yang harus dilakukan. Sambil berdoa (agar tsunami) itu tidak terjadi," imbuhnya.

Menurutnya, untuk meminimalisir dampak buruk tsunami, pihaknya telah menyiapkan sistem peringatan dini potensi tsunami secara berlapis, di antaranya melalui sirine yang terpasang di kawasan pesisir, melalui android, televisi, hingga media sosial.

Siatem berlapis itu diterapkan, agar pesan yang dikirim bisa cepat diterima masyarakat, agar segera melakukan langkah evakuasi secara khusus mandiri ke tempat yang aman.

"Jadi berlapis-lapis, artinya tidak hanya sirine, kalau sirine gagal, bisa lewat HP, bisa lewat sosial media, bisa lewat televisi. Jadi ada berbagai cara, multi model," imbuh Dwikorita.

Dijelaskan Dwikorita, skema peringatan dini tsunami diawali dari pemantauan akitivitas sensor gempa di berbagai stasiun BMKG yang ada di daerah. Data tersebut akan dikumpulkan dan diolah di kantor pusat gempa dan tsunami.

"Di situ diketahui berapa magnitudonya, berapa kedalamannya, lokasinya di mana, di darat atau di laut. Kemudian dihitung apakah berpotensi tsunami atau tidak," jelasnya.

Jika berpotensi tsunami, maka dalam waktu kurang dari lima menit setelah gempa bumi terekam, kantor pusat gempa dan tsunami akan menghubungi BPBD di masing-masing kota yang terdampak.

"Dari informasi itu, BPBD bisa memutuskan harus melakukan evakuasi atau tidak. Kalau iya, maka BPBD akan memencet sirine, agar masyarakat menjauh ke tempat yang lebih aman," tandas Dwikorita.

Halaman 2 dari 2
(iwd/iwd)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya
Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.