Kelurahan Ngaglik, Kecamatan Gadingrejo, merupakan salah satu kelurahan yang dikenal sebagai kampung ikan asap di Kota Pasuruan. Ikan asap dari kampung ini dikenal lezat dan harganya terjangkau.
Di kelurahan ini, rumah yang memiliki tungku pengasapan lengkap dengan cerobong menandakan pemiliknya adalah pengusaha ikan asap. Usaha ikan asap di kampung ini lazim dilakukan kaum hawa.
Mereka biasanya memanfaatkan ikan tangkapan suami untuk diolah sebagai ikan asap. Namun jika tangkapan sedikit bisa membeli ke nelayan lain.
Zanati adalah perempuan yang sudah 5 tahun menggeluti usaha pengasapan ikan. Dibantu beberapa karyawan, setiap hari ia mampu mengasap puluhan kilo ikan dan mengantongi omzet Rp 30 juta sebulan.
![]() |
"Kalau saya ada ikan patin, balo hingga pari. Sebelum diasap dibersihkan dulu, dipotong kecil-kecil lalu ditusuk biar kuat saat diasap," kata Zanati kepada detikcom, Minggu (3/10/2021).
Sambil membolak-balik ikan di tungku, Zanati menuturkan setiap pengasapan hanya membutuhkan waktu 3-5 menit. Setelah itu, ikan asap siap jual. Ia menjual ikan ke pasar-pasar tradisional yang ada di Kota Pasuruan.
"Harga bijian Rp 2.500-Rp 3.000. Sehari bisa dapat Rp 1 juta-Rp 1,5 juta, nggak tentu," ujar Zanati.
Pengasap ikan lainnya adalah Uswatun Khasanah. Beda dengan Zanati, ia lebih memilih mengasap ikan mujair dan nila.
"Saya jual kiloan. Langganan saya di Pasar Bangil," kata perempuan yang sudah 8 tahun berbisnis ikan asap ini.
Sehari, kata dia, ia bisa meraup omzet Rp 1 juta. Laba bersih yang ia kantongi rata-rata Rp 400 ribu.
Baik Zanati maupun Uswatun mengatakan, usaha ikan asap sangat menguntungkan. Selain bahan ikan yang melimpah, bahan bakar untuk pengasapan juga bisa oplosan arang dan batok kelapa.
Jika permintaan sepi sepeti di masa awal pandemi virus Corona, mereka biasanya mengurangi jumlah ikan yang diasapi. Sehingga tidak ada ikan yang terbuang. (iwd/iwd)