Monumen Lubang Buaya Banyuwangi Diharapkan Jadi Wisata Religi dan Historis

Monumen Lubang Buaya Banyuwangi Diharapkan Jadi Wisata Religi dan Historis

Ardian Fanani - detikNews
Kamis, 30 Sep 2021 18:49 WIB
monumen lubang buaya banyuwangi
Monumen Lubang Buaya (Foto: Ardian Fanani)
Banyuwangi -

Monumen Lubang Buaya Banyuwangi masih terus dirawat oleh pemerintah setempat, khususnya, perangkat desa di Desa/Kecamatan Cluring, Banyuwangi. Mereka berharap ada perhatian khusus bagi lokasi pembantaian 62 pemuda Ansor Banyuwangi oleh PKI ini dengan menjadikannya destinasi wisata religi dan historis.

Kepala Desa Cluring Sunarto Eka Siswoyo mengatakan setiap tahun, kegiatan peringatan mengenang 62 pemuda Ansor yang gugur dan peringatan Kesaktian Pancasila selalu digelar di Lubang Buaya Banyuwangi. Untuk itu, pihaknya melakukan berbagai upaya dalam perawatan lokasi yang dinilai keramat ini.

"Tentu ini menjadi lokasi bersejarah masyarakat Banyuwangi dalam melawan PKI. Kami selalu merawat tempat ini dengan maksimal," ujarnya kepada wartawan, Kamis (30/9/2021).

Seperti saat ini, kata Sunaryo, pihaknya bersama dengan perangkat desa dan Banser menggelar upacara dan tabur bunga di Lubang Buaya Banyuwangi. Tabur bunga ini digelar untuk mengenang jasa para syuhada yang gugur dibantai oleh PKI.

monumen lubang buaya banyuwangiTabur bunga di sumur tempat pembuangan 62 pemuda Ansor yang dibunuh PKI (Foto: Ardian Fanani)

"Kami menggelar kegiatan ini untuk mengenang jasa para syuhada yang memberikan nyawa mereka untuk membela kebenaran," tambahnya.

Sunarto berharap, monumen Pancasila dan Lubang Buaya Banyuwangi ini menjadi destinasi religi dan historis. Sebab setiap tahun, dan beberapa kegiatan lainnya, dipastikan banyak masyarakat yang datang berziarah ataupun mengenang 62 pemuda Ansor yang tewas atas kekejian PKI pada tahun 1965.

"Tentu ini menjadi hal yang baik jika lokasi ini menjadi destinasi wisata religi. Kami akan support penuh untuk kelangsungan sejarah di Banyuwangi," pungkasnya.

Tragedi pembantaian yang dilakukan oleh PKI terhadap 62 pemuda Banyuwangi yang tergabung dalam Ansor sangat keji. Mereka dibunuh dengan cara diracun, kemudian jenazahnya dimasukkan dalam lubang sumur.

Tragedi berdarah ini bermula saat rombongan Pemuda Ansor dari Kecamatan Muncar hendak bepergian ke Kecamatan Kalibaru. Namun saat berada di Desa Yosomulyo, Kecamatan Gambiran mereka dihadang oleh Gerwani yang menyaru sebagai fatayat NU. Mereka berpura-pura mempersilahkan rombongan pemuda Ansor untuk istirahat sejenak sebelum melanjutkan perjalanan.

Kala itu, rombongan Pemuda Ansor disuguhkan makanan dan minuman oleh Gerwani. Rupanya suguhan tersebut merupakan jebakan dari rencana jahat PKI, karena sajian tersebut sebelumnya sudah ditaburi racun terlebih dahulu.

Tanpa rasa curiga, rombongan pemuda Ansor menyantap suguhan yang telah disiapkan. Namun, tak berselang lama mereka mulai mengalami mual dan pusing efek dari racun tersebut.

"Saat itulah, 62 Pemuda Ansor dibantai secara membabi buta oleh PKI," ungkapnya.

Tak hanya itu, setelah melakukan pembantaian, PKI membuang jenazah 62 pemuda Ansor tersebut di tiga lubang yang berada di Dusun Cemetuk, Desa Cluring tempat Monumen Lubang Buaya berada. Satu lubang ada yang berisi 42 jenazah. Sementara dua lubang lainnya masing-masing 10 jenazah. Baru 3 hari kemudian, jenazah para pemuda Ansor tersebut diangkat dari dalam lubang oleh aparat militer.

Untuk mengenang puluhan pemuda Ansor yang dibunuh secara kejam itu, setiap tanggal 30 September dan 1 Oktober rutin digelar ziarah dan doa bersama di Monumen Lubang Buaya tersebut.

Halaman 2 dari 2
(iwd/iwd)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya
Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.