Pahit Getir Mahasiswa Asal NTT Nyambi ART Kuliah Hingga Raih Gelar Sarjana

Pahit Getir Mahasiswa Asal NTT Nyambi ART Kuliah Hingga Raih Gelar Sarjana

Hilda Meilisa - detikNews
Rabu, 29 Sep 2021 13:02 WIB
Yesti Rambu Jola Pati
Foto: Dok. pribadi Yesti Rambu Jola Pati
Surabaya - Proses jatuh bangun dilalui Yesti Rambu Jola Pati demi mendapat gelar sarjana. Tak membawa bekal apapun, Yesti merantau dari NTT ke Kota Pahlawan dan bekerja sebagai Asisten Rumah Tangga (ART) untuk membiayai kuliahnya.

Setelah setahun bekerja di Surabaya, wanita kelahiran 1994 ini mengaku mendapatkan dorongan dari sepupunya yang bekerja di Singapura untuk berkuliah. Dalam hati kecilnya, Yesti mengaku sangat ingin berkuliah, terlebih dia cukup berprestasi di bangku sekolah.

"Kakak sepupu saya ini kasihan dengan saya. Dia kasih masukan ke saya untuk kuliah dan nanti kuliahnya dibantu. Tapi saya disuruh kuliah ke Jogja dan Malang. Tapi saya harus bicarakan dulu sama majikan saya. Karena kalau ke Jogja atau Malang kan harus keluar dari pekerjaan," kata Yesti kepada detikcom di Surabaya, Rabu (29/9/2021).

Awalnya, majikan Yesti menyetujui Yesti berkuliah. Namun, dia menyarankan agar tidak bergantung dengan saudara dan lebih mandiri. Akhirnya, teman-teman Yesti menyarankannya tetap bekerja dan berkuliah di Surabaya saja.

"Saya senang teman-teman kerja kasih semangat untuk saya. Di dekat sini ada beberapa kampus. Saya lihat dan saya cari informasinya, setelah tahu saya minta izin ke majikan untuk kuliah sambil bekerja. Tanpa pikir panjang, ibu sama bapak dan satu keluarga langsung mengiyakan. Mereka tidak masalah asalkan kerjanya tetap dijalankan," tambah Yesti.

"Saya juga minta izin teman-teman kerja saya. Karena kan kalau saya pulang malam, nanti teman-teman yang akan membukakan pintu gerbang. Tapi mereka mau," imbuhnya.

Karena tak mau merepotkan saudaranya, pada 2014, Yesti akhirnya mendaftar dengan tabungan yang ia punya. Saat itu, dia hanya memiliki uang Rp 2,4 juta untuk kuliah. Sedangkan biaya perkuliahan mencapai Rp 4 juta.

Yesti pun memilih berkuliah di Universitas Dr Soetomo (Unitomo) Surabaya dengan mengambil jurusan Pendidikan Matematika. Dia memilih Unitomo karena dekat dengan kediaman majikannya. Di sana juga ada kuliah malam.

Saat mendaftar ke Unitomo, Yesti juga sempat meminta keringanan untuk mencicil uang gedung perkuliahan yang kurang. Saat itu dia mendapatkan izin dari kampus untuk mencicilnya setiap bulan.

Yesti mengakui saat-saat kuliah memang tidaklah mudah. Saat pagi dia harus bekerja sebagai ART. Lalu pada malam hari dia mengikuti pelajaran di bangku kuliah.

Perjalanannya meraih gelar juga tak mulus. Dia menyebut sempat cuti pada tahun 2016 dan 2018. Yesti juga sempat terancam di-drop out karena limit masa perkuliahannya hampir habis. Akhirnya, pada 2019 dia melanjutkan kuliah dan bisa lulus tahun ini.

"Otomatis ada, kesulitan pasti ada. Ada saat-saat saya lelah, tugasnya banyak. Tapi kemarin saja saya nggak nyangka bisa selesai," ungkap Yesti sembari berkaca-kaca.

Kendati demikian, Yesti mengaku keberhasilannya ini bukan karena dirinya yang hebat. Namun, ada dukungan orang-orang luar biasa di belakangnya.

"Bukan karena kemampuan saya. Tapi majikan dan teman-teman saya selalu mendukung saya. Istilahnya setiap saya ada masalah, saya selalu curhat ke ibu dan selalu dikasih solusi, dikasih masukan mana yang baik dan tidak," tambah Yesti.

Sementara saat disinggung apa yang akan dilakukannya usai mendapat gelar sarjana, Yesti mengaku masih akan bekerja sebagai ART. Dia tak mau menjadi kacang yang lupa kulitnya usai mendapat banyak support dari majikannya.

Namun, Yesti juga bercita-cita ingin pulang ke kampung halamannya. Di sana, dia ingin mengabdikan dan membagikan ilmunya untuk anak-anak.

"Sebenarnya saya ingin pulang kampung dan mengabdi di sana mengajar. Tapi saya masih ingin bekerja di sini. Karena kan tidak etis jika saya banyak dibantu waktu kuliah, kok pas sudah lulus saya langsung mencari pekerjaan lain," pungkas Yesti.

Halaman 2 dari 2
(hil/iwd)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya
Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.