"Satu hari total bisa menghasilkan 20 hingga 30 ton briket," tukas Sapto.
Selama tiga bulan ke depan, lanjut Sapto, pengolahan sampah ini masih dalam tahap ujicoba, apakah dengan cara ini bisa mengurai sampah dan bisa meningkatkan nilai PAD.
"Satu hari sampah masuk 60 hingga 90 ton. Idealnya kita punya 8 mesin supaya semua sampah bisa terurai," lanjut Sapto.
Menurut Sapto, saat ini pihaknya mencarikan pangsa pasar untuk bisa membeli briket hasil produksi Ponorogo. Seperti jaringan ke pabrik industri di kota lain.
"Kita ada jaringan yang akan membeli contohnya tjiwi kimia, Pasuruan pabrik industri yang cukup besar, pabrik-pabrik gula juga membutuhkan. Tapi juga untuk konsumsi lokal," jelas Sapto.
Sapto pun berharap dengan adanya briket ini bisa mengurangi sampah dan bahkan menambah nilai ekonomi PAD.
"TPS, 3R, bank sampah tidak hanya kota saja, kita akan jangkau kecamatan juga," pungkas Sapto.
(iwd/iwd)