Setelah Brazil, Vietnam, dan Kolombia, Indonesia merupakan salah satu negara penghasil biji kopi terbanyak di dunia. Salah satu kopi khas tanah air yakni Kopi Ledug yang dibudidayakan dan diproduksi Gapoktan Mitra Karya Tani di daerah lembah, kawasan Ledug, Prigen, Kabupaten Pasuruan.
Meski sudah dikenal luas lewat promosi dan festival kopi internasional, Mitra Karya Tani masih mengalami beberapa kendala, baik dalam proses produksi maupun promosi. Dari sisi produksi, sebagian biji kopi mengalami kerusakan akibat proses penggorengan yang tidak merata dan pendinginan yang masih manual. Jumlah kerusakannya pun lumayan, yakni bisa 5-6 kg per hari. Jika dirupiahkan, biji kopi yang rusak berkisar Rp 600-700 ribu.
Untuk membantu Mitra Karya Tani, dosen Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya (Unesa) yang terdiri dari Setya Chendra Wibawa SPd MT, Dwiarko Nugrohoseno SPsi MM dan Dyah Riandadari ST MT lewat Program Kemitraan Masyarakat yang didanai Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Anggaran 2021 menawarkan solusi dalam bentuk rancang bangun teknologi tepat guna (TTG).
Yakni berupa pengembangan mesin pendingin biji kopi untuk standarisasi kualitas dan meminimalisir kerusakan hasil penggorengan serta pendinginan.
"Mesin tempering ini memiliki beberapa kelebihan, yakni proses pendinginan biji kopi lebih cepat yakni hanya sekitar 45 menit dari sebelumnya 75 menit. Mesin itu memiliki kapasitas sekitar 280 kg, kapasitas sebelumnya sekitar 100-125 kg. Tentu mesin ini sudah otomatis menggantikan sistem pendinginan yang sebelumnya masih manual. Perlatan dan mesin sudah diserahkan kepada ketua Gapoktan Mitra Karya Tani, Widi Prayitno," kata Ketua PKM Setya Chendra Wibawa, Minggu (26/9/2021).
Sementara dari sisi manajemen pemasaran, upaya mitra juga belum optimal dan cenderung berbasis informasi dari mulut ke mulut. Oleh sebab itu, Unesa merancang bangun, memberi pelatihan dan pendampingan sistem dan media pemasaran produk dengan memanfaatkan teknologi digital, seperti website dan media sosial.
Simak juga 'Wujud Insinerator Jepang yang Dikembangkan Pemkot Bandung-UPI':
"Selama ini, sistem pemasaran produk mitra sudah online, tapi belum maksimal, karena itu kita optimalkan agar makin efektif dan efisien," ujarnya.
Kopi Ledug sendiri selain memiliki cita rasa yang beragam dengan sistem pemetikan dan produksinya yang khas, juga memiliki nilai jual dan peluang sebagai basis wisata. Suasana hamparan perkebunan kopi yang memesona cocok dikembangkan sebagai wisata Kopi Ledug.
Ke depannya, Mitra Karya Tani berencana mengembangkan wisata edukasi kopi. Pengunjung selain bisa menikmati varian kopi lereng Gunung Welirang itu, juga bisa merasakan dan belajar langsung, mulai dari cara budi daya kopi, roasting, hingga cupping kopi.
![]() |
"Nanti ada kelasnya, pengunjung bisa belajar dan menambah wawasan tentang kopi di sana. Potensi dari perpaduan cita rasa dan wisata edukasi kopi itulah yang perlu disebarkan secara luas. Saya berharap, dengan bantuan pemanfaatan teknologi tepat guna dan manajemen pemasaran berbasis teknologi digital itu bisa meningkatkan produktivitas produksi dan menaikkan angka penjualan Kopi Ledug. Kita niatnya bantu para petani kopi, dan dorong kemajuan bisnis kopi di sana (Prigen)," jelasnya.
Kopi Ledug merupakan tumpuan kesejahteraan para petani dan ekonomi masyarakat kawasan Prigen. Ia berharap, bantuan teknologi tepat guna dan pendampingan itu dapat meningkatkan produktivitas Kopi Ledug dan berdampak pada peningkatan kesejahteraan petani kopi dan masyarakat kawasan Prigen.
"Upaya dan kontribusi Unesa untuk petani kopi Ledug bukan kali ini saja. Sebelumnya, 2012, Unesa juga terlibat dalam riset cita rasa kopi Ledug. Sinergi dan kontribusi Unesa untuk petani kopi akan terus berlanjut dan berkembang ke tahap berikutnya dan merambat ke bidang-bidang lain," pungkasnya.