Ada beberapa gangguan yang nyata. Mulai meninggal dunia, sakit, bahkan pindah ke luar daerah untuk bermacam alasan. Sehingga KK-nya tetap 26.
"Memang tak dapat dibuktikan secara ilmiah. Tapi kejadian itu fakta. Warga masih mempercayai," terang salah seorang warga dusun, Ipung, saat berbincang dengan detikcom di rumahnya, Minggu (26/9/2021).
Kejadian ada yang meninggal saat ada tambahan KK disebut memang berlangsung sejak dulu. Dirinya juga mendapat cerita tersebut secara turun temurun, dari kakek buyutnya.
"Yang saya ingat dan saya lihat sendiri sejak kecil, ada beberapa kejadian," terangnya.
![]() |
Baca juga: Warga Kampung BerKK-26 Situbondo Ini Masih Pilih Ketua Adat Hormati Leluhur |
Kendati dia tak berani memastikan, apakah kejadian itu terjadi secara kebetulan atau memang ada sangkut pautnya dengan mitos KK-26, namun itu fakta yang dialami warga.
"Tapi kalau warga sini mempercayai itu. Makanya, saat ada kejadian-kejadian janggal seperti itu, warga biasanya mohon petunjuk pada ketua adat," terang Ipung.
Jika misalnya ada yang baru menikah, biasanya ketua adat memberi saran dan solusi. Diberi pilihan. Tidak di dusun itu atau KK ikut orang tua dulu. Bisa pula keluar dusun. Yang penting tidak ber-KK Karang Kenik.
Sebelumnya dusun di Situbondo, yakni Dusun Karang Kenik, Desa Olean, terbilang unik dan menarik. Sebab, Kepala Keluarga (KK)-nya terbatas hanya 26. Makanya, lantas sering disebut dusun KK-26.
Jumlah itu sebenarnya bukan diatur harus 26 KK. Tapi secara kebetulan. Tapi kalaupun suatu ketika ada tambahan KK baru, biasanya ada saja gangguan. Misalnya tetiba ada yang meninggal, sakit, atau pindah dengan sendiriya ke luar daerah.
Simak juga 'Setop Sebut Rumah Kami Kampung Janda':
(fat/fat)