Tak hanya itu, Jatim juga telah terbebas dari level 3 dan level 4 berdasarkan assesmen situasi COVID-19 dari Kemenkes RI. Kini, ada 19 kabupaten/kota dengan level 1 dan 19 wilayah masuk level 2.
Gubernur Khofifah Indar Parawansa menyebut asesmen ini berdasarkan enam parameter. Yakni Kasus Konfirmasi, Rawat Inap RS, Kematian, Testing, Tracing dan Treatment. Dari keenam parameter,semuanya memenuhi standar WHO maupun Kemenkes RI.
Misalnya saja kasus konfirmasi Jatim berada pada level 1 dengan angka 6,38 per 100 ribu penduduk/minggu. Angka ini di bawah standar Kemenkes RI yakni di bawah 20 per 100 ribu penduduk/minggu.
Sedangkan rawat inap RS berada di level 1 dengan angka 1,37 per 100 ribu penduduk/minggu di bawah standar Kemenkes RI yaitu kurang dari 5 per 100 ribu penduduk/minggu.
Untuk tingkat kematian juga di level 1. Di mana tingkat kematian mencapai 0,42/100 ribu penduduk/minggu. Jumlah ini di bawah ketentuan Kemenkes RI yaitu kurang dari 1/100 ribu penduduk/minggu.
Begitu pula dari tracing, testing dan treatment, Jatim dinilai memadai sesuai hasil asesmen Kemenkes RI. Untuk testing, jumlah tes PCR di Jatim sudah sesuai standar WHO lebih dari 40.479 test/ minggu). Berdasarkan data.covid19.go.id per 19 September 2021, testing seminggu terakhir di angka 147.912 test/minggu.
Sementara untuk tracing, Jatim mencapai 16,72 rasio kontak erat per kasus konfirmasi/minggu. Hal ini menunjukkan, tracing rasio Jatim mampu menembus standar Kemenkes RI, di mana Standar Kemenkes RI yaitu 15 kasus ditracing per 1 kasus.
"Alhamdulillah tracing ratio Jatim kini sudah melebihi standar Kemenkes, Artinya kini tiap kasus positif yang ditemukan di Jatim telah ditracing dan ditemukan 16 kontak eratnya untuk dites dan diisolasi, sehingga penularan menurun," kata Khofifah di Surabaya, Selasa (21/9/2021).
Untuk treatment, jika dilihat dari tingkat ketersediaan tempat tidur atau bed occupancy rate (BOR) di RS mencapai 11,83%/minggu. Artinya BOR di Jatim sudah berada jauh di bawah standar WHO yaitu di bawah 60%.
"Positivity rate menjadi 1,23% per minggu. Begitu juga untuk BORnya, mencapai 11,83%/minggu di bawah standar WHO," imbuhnya.
Kendati demikian, Khofifah terus mengajak masyarakat untuk waspada dan disiplin protokol kesehatan (prokes). Ini penting karena bisa menjadi salah satu kunci melindungi diri dan orang di sekeliling kita dari penularan COVID-19.
"Terimakasih atas semua kerja keras, kekompakan dan doa terbaik untuk kita semua. Mari kuatkan disiplin prokes dan percepat vaksinasi. Jangan lengah, jangan kendor," pungkas Khofifah.