Sedangkan untuk warga yang tinggal di pinggir kota, area pengungsian terdekat adalah ke bukit. Hanya saja akses menuju ke perbukitan itu terhalang sungai. Meski ada jembatan, ukurannya relatif kurang memadai.
"Jadi perlu jembatan di sungai itu," tegas Dwikorita seraya mengimbau agar sering dilakukan latihan (Simulasi) rutin.
Sementara pascaperingatan tersebut, pemkab setempat melakukan sejumlah tindak lanjut. Satu di antaranya menyiapkan Tempat Evakuasi Akhir (TEA) di wilayah Kecamatan Kota. Sedikitnya ada 15 TEA yang dipersiapkan. 10 di antaranya berada di barat Sungai Grindulu, sedangkan 5 sisanya di timur sungai.
"Selama seminggu ini kita sudah mengecek sekitar 15 TEA. Dan ada beberapa TEA yang juga bisa digunakan untuk shelter penyediaan sarana prasarana dan logistik," papar Kasi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Pacitan, Dianitta Agustinawati kepada detikcom, Sabtu (18/9/2021).
Menurut Dianitta, peringatan yang dikeluarkan BMKG justru bermakna positif. Apalagi hal itu dibarengi kedatangan mensos yang mengikuti langsung kegiatan simulasi. Hal itu, lanjut Dianitta merupakan wujud perhatian pemerintah kepada warga Pacitan.
Sejak kehadiran kedua pejabat negara itu, Dianitta menyebut banyak elemen masyarakat yang memintanya datang untuk bersosialisasi. Tak hanya dari kelompok masyarakat seperti arisan ibu-ibu, namun juga ormas, dan rumah ibadah.
"Harapan saya pelatihan terkait mitigasi bencana ini rutin dilakukan, bukan hanya insidental saja. Sehingga masyarakat selalu ingat harus melakukan apa saat bencana terjadi," pungkasnya.
(fat/fat)