Dari prospek cuaca yang dikeluarkan BMKG Juanda Surabaya, ada beberapa dinamika atmosfer yang terjadi hingga akhir pekan (19/9) nanti. Hal ini turut meningkatkan potensi turunnya hujan.
Pertama, adanya angin gradien yang dipengaruhi angin monsun timur. Di mana ada pola konvergen yang mengakibatkan curah hujan sedang, suhu di siang hari terasa panas hingga angin kencang.
Lalu ada pula Madden Jullian Oscillation atau MJO. Diketahui MJO berada pada fase 3 atau di Samudera Hindia bagian timur. Hal ini menyebabkan potensi hujan mulai tanggal 13 hingga 17 September.
Selain itu, adanya aktivitas gelombang atmosfer equatorial rossby juga turut mempengaruhi curah hujan. Gelombang ini memiliki karakteristik membawa massa udara bersifat basah. Hal ini membuat wilayah yang dilaluinya sering mengalami hujan atau setidaknya mendung. Gelombang rossby terjadi mulai 13 - 15 September.
Tak hanya itu, anomali suhu muka laut juga ikut berpengaruh pada curah hujan di Jatim. Diketahui nilai anomali 0 hingga 3.0°C, yang berarti menandakan suhu perairan hangat. Hal ini meningkatkan potensi penguapan dan suplai massa uap air.
"Potensi hujan yang terjadi lebih disebabkan adanya gelombang rossby dan anomali suhu muka laut. Pengaruh rossby masih bertahan hingga 15 September," kata Kasi Data dan Informasi BMKG Klas I Juanda Surabaya Teguh Tri Susanto.
Hingga akhir pekan nanti, ada juga El Nino-Southern Oscillation dan Indian Oceanic Dipole. Namun keduanya tidak mempengaruhi curah hujan.
Sedangkan cuaca di Jatim dominan cerah berawan dan berpotensi hujan ringan hingga lebat disertai petir di beberapa wilayah secara lokal. Lalu suhu udara mulai 14 hingga 36°C dan kelembaban udara di angka 40 hingga 100%. Untuk angin dominan dari arah timur ke tenggara dengan kecepatan 05 hingga 40 km per jam. (hil/fat)