Ini dilakukan untuk mengefektifkan kembali penguraian bakteri pada air lindi atau biasa disebut air dari sampah organik. Dinas Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan yang bertanggung jawab melakukan normalisasi mengaku, hal tersebut sangat penting.
Karena, kolam lindi merupakan faktor penting antisipasi overload sampah dan bencana alam. Termasuk bau menyengat dari sampah.
Selain itu, dipilihnya pengerjaan pada saat musim kemarau sebagai antisipasi kolam penampungan akan overload saat musim hujan. Karena dapat dipastikan nantinya air lindi yang bercampur dengan air hujan akan ditampung di kolam tersebut.
Normalisasi dan resirkulasi kolam ini berupa pengurasan dan pengedukan lumpur endapan secara bertahap pada kolam anaerob, fakultatif, maturasi dan wetland. Selanjutnya, kolam yang telah dibersihkan akan diberi bakteri yang dapat memproses air lindi menjadi air yang dapat dilepas ke badan air atau diresap ke tanah.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan Kota Kediri Anang Kurniawan menjelaskan, langkah ini merupakan antisipasi potensi masalah dan bencana di Kota Kediri.
"Kondisi pengecekan terakhir, kolam-kolam hampir penuh air dan di kolam yang terakhir terdapat endapan sedimen yang juga hampir memenuhi kolam. Sehingga segera dilakukan perawatan karena dikhawatirkan nantinya proses penguraian tidak maksimal dan saat musim hujan kolam bisa overload. Sehingga dapat menghindari terjadinya bencana," kata Anang, Jumat (10/9/2021).
Ditambahkan oleh Kasie Pemanfaatan Sampah dan Penanganan Limbah B3, Ridwan, potensi bau menyengat yang ditimbulkan dari air lindi disebabkan oleh bakteri baik, yang tidak dapat bertahan hidup untuk mengurai.
(sun/bdh)