"Fenomena yang ada di RSLI akhir-akhir ini memang kami menemukan CT Value ekstrem dan masih pada angka yang sangat rendah," ungkapnya.
"Padahal teorinya, pada varian lain, progresnya baik, CT Value naik. Bahkan hari ke 13 sudah negatif. Sedangkan sekarang ini kok malah kebalikannya, minggu kedua seperti mulai kembali terserang, dengan indikasi nilai CT Value yang masih rendah, di bawah 25 bahkan di bawah 5," tambah Fauqa.
Saat disinggung apakah hal ini mengarah ke varian baru atau masih di varian Delta, Fauqa menyebut masih menunggu hasil Whole Genome Sequencing (WGS). Pihaknya terus memonitor pasien dengan CT Value rendah, apakah varian baru atau tidak dengan mengirimkan 78 sampel.
"Kita tidak bisa berandai-andai, semua masih menunggu konfirmasi dari WGS dari sampel yang kita kirimkan," ujarnya.
Tak hanya itu, Fauqa menyebut pihaknya juga perlu memperhatikan adanya varian MU yang termasuk Varian of Interest (VoI). Saat ini, varian MU sudah melanda 39 negara.
"Terhadap varian MU ini kita tidak perlu khawatir. Sebagai VoI sifatnya tidak berubah dari gejala klinis, perkembangan di penyakitnya, dan juga terapinya masih sama. Yang perlu kita waspadai adalah Varian of Concert (VoC), dan Varian of High Consequence (VoHC) yang sekarang memang belum ada," paparnya.
Jika pada varian delta, CT value pasien bisa di bawah 25 hingga di bawah angka 5, justru varian MU tidak seperti ituu.
"Untuk VoC itu contohnya adalah Delta. Varian Delta kemarin termasuk VoC, seperti kita tahu kemarin sangat heboh, outbreaknya luas dan mereka yang terinveksi Delta, nilai CT Valuenya rata-rata di bawah 25, dan ada yang ekstrem di bawah 5. Sedangkan pada Varian MU masih termasuk VoI, karakteristiknya urutan dasar masih sama, tidak merubah sifat dasar virus. Jadi tidak perlu terlalu dirisaukan," pungkasnya.
(hil/fat)