Mengolah daun katuk sendiri bukan hal yang baru bagi Sheyreen. Ia sudah mulai membudidayakan tanaman katuk sejak 2018, dan saat ini sudah ada 3.230 tanaman katuk yang berhasil dibudidayakan dan ia bagikan pada 15 kampung adopsinya, kantor dinas Pemkot, Ketua DPRD Surabaya, kelurahan, dan lainnya.
Selain membudidayakan tanaman katuk dan mengolahnya sebagai produk skincare, gadis berambut panjang ini juga mengolahnya menjadi 22 olahan makanan dan minuman, seperti bolu, kue, sari dele daun katuk, hingga teh celup yang bisa mengurangi demam, flu dan anemia. Hasil dari olahannya ini pun ia jual di UMKM, hotel, dan e-commerce mulai dari harga Rp 15-30 ribu.
Karena banyak sekali olahan daun katuk yang dibuat, Sheyreen pun diundang sendiri oleh Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi pada Senin (30/8) lalu. Ia mendapat apresiasi dan julukan sebagai UMKM termuda di Surabaya.
Sheyreen mengatakan di samping manfaatnya untuk memperlancar ASI, tanaman katuk memiliki kandungan yang luar biasa. Ada banyak sekali manfaat kesehatan yang diperoleh dari mengkonsumsi daun katuk, juga manfaat pada lingkungan untuk menghijaukan lingkungan.
"Saya pilih tanaman katuk karena kandungannya banyak dan manfaatnya luar biasa, nutrisi juga banyak sekali. Makanya saya pilih diolah dan ditanam. Tanaman akan mengeluarkan oksigen dan karbondioksida. Ada dampak kesehatan dan lingkungan bisa menghijaukan lingkungan. Manfaatnya bagi tubuh bisa meningkatkan imunitas tubuh, mencegah flu, anemia, dan lainnya. Gak hanya dimanfaatkan orang tertentu, tapi semua umur, anak-anak sampai lansia," tutup mantan Putri Lingkungan Hidup 2019 tingkat SD itu.
(iwd/iwd)