"Banyak penelitian tentang teh yang sudah dipublikasikan di jurnal-jurnal ilmiah, baik yang baru maupun yang lama. Berdasarkan jurnal-jurnal baru teh dikatakan bisa meningkatkan innate immunity pada penderita COVID-19," kata Prof Djoko, Jumat (3/9/2021).
Teh sendiri bermanfaat membantu meningkatkan imunitas penderita COVID-19, karena memiliki kandungan Epigallocatechin-3-Gallate (EGCG) atau senyawa ester dari epigallocatechin dan asam gallat, dan merupakan tipe dari catechin di dalamnya. Namun tidak semua teh memiliki kandungan EGCG. Berbagai jenis teh yang dikenal publik seperti teh putih (teh pucuk), teh hijau, teh oolong, dan teh hitam memiliki EGCG dalam kondisi yang berbeda.
"Teh hitam sendiri adalah teh yang difermentasi dan banyak dikonsumsi masyarakat. Akibat dari fermentasi tersebut, kandungan EGCG di dalam teh hitam rusak. Sehingga memiliki kandungan EGCG rendah," ujarnya.
Menurutnya, teh hijau yang tidak mengalami fermentasi mengandung EGCG paling tinggi. EGCG dari teh hijau memiliki sifat anti-oxidant 100 x vit C dan 25 x vit E. Sifat antioxidant EGCG yang sangat kuat memiliki banyak manfaat seperti anti-cancer, anti-hypertension, anti-diabetes, anti-HIV dan antiviral, anti atherosclerosis, anti-cholesterol, dan neuroprotective.
"Banyak orang mengatakan jangan minum teh karena bisa merusak ginjal. Itu adalah pendapat yang keliru. Tidak ada satupun penelitian yang mengatakan teh dapat merusak ginjal. Tidak ada. Teh itu justru bagus untuk ginjal. Kandungan utama teh, EGCG, dapat mengobati kerusakan ginjal," jelasnya.