Pembawaannya tenang. Air mukanya datar. Pun soal bicara, kalimatnya terkesan irit. Meski begitu tak ada watak angkuh. Sebaliknya kesan ramah langsung terasa saat saat berbincang.
Pemuda itu adalah Waffiq Maaroja (23). Ia bukan pemuda biasa. Penguasaannya terhadap ilmu pasti mengantarnya meraih 'Second Prize' atau medali perak Olimpiade Matematika Internasional.
"Suka matematika sejak SD. Awalnya cuma baca-baca buku pelajaran punya kakak," ucap anak kedua dari tiga bersaudara itu saat ditemui detikcom di rumahnya, Jalan Tentara Pelajar, Pacitan, Rabu (1/9/2021).
Bakat Waffiq memang sudah tampak sejak awal. Saat masih duduk di kelas 4 SD, Waffiq sudah mampu memecahkan soal untuk kelas 6. Itu tak lepas dari kesukaannya terhadap tantangan dan berusaha memecahkannya.
Sejak itu pula, kompetisi kerap diikutinya. Paling rutin adalah Olimpiade Sains Nasional (OSN). Penyaringan pun dia ikuti secara berjenjang. Mulai tingkat kecamatan, kabupaten, provinsi, hingga nasional.
Memang langkahnya tak selalu mulus. Terlebih banyak pesaingnya juga bukan anak sembarangan. Namun Waffiq adalah sosok pantang menyerah. Baginya, kesulitan adalah peluang untuk memperbaiki prestasi.
(iwd/iwd)