"Selama Juli-Agustus ada 30 kematian ibu hamil di RSU dr Soetomo, 28 di antaranya karena COVID-19," ujar Satgas COVID-19 POGI Surabaya dr Pandu Hanindito Habibie SpOG (K) saat dihubungi detikcom, Minggu (22/8/2021).
Pandu mengatakan untuk data tahun lalu di bulan Januari-Juli kematian ibu hamil dan nifas berjumlah 60, sementara tahun ini jumlahnya 66. Sementara untuk data kematian ibu hamil di bulan Juli-Agustus pada tahun lalu, Pandu mengaku belum memegang datanya.
"Kemungkinan ada pengaruh varian delta. Kalau lihat kurvanya sama dengan tempat-tempat lain di India, UK. Kasus delta ini meningkat signifikan, melonjak angka kasusnya termasuk kematiannya. Jadi lebih fatal mutasi delta ini," tambah Pandu.
Pandu mengatakan faktor kematian ibu hamil yang terpapar COVID-19 hingga meninggal dunia adalah gagal pernafasan. Bahkan sekitar 80% mengalami pneumonia atau radang paru-paru.
"Kematian karena COVID bisa karena gagal nafas, gagal organ multiple. Kebanyakan karena gagal pernapasan. Jadi kalau dilihat sebagian besar sekitar 80% karena gagal nafas karena pneumonia," ujar Pandu.
Dokter spesialis kandungan di RSU dr Soetomo ini menegaskan komorbis bukan menjadi satu alasan kematian ibu hamil. Karena ada juga ibu hamil yang tidak punya komorbid saat datang ke RSU dr Soetomo sudah dengan kondisi berat.
"Rata-rata mereka (ibu hamil) datang sudah agak terlambat. Kondisi saturasinya 80, ada yang di bawah 80 baru datang ke RS," kata Pandu.
Pandu menjelaskan ibu hamil merupakan salah satu populasi yang rentan terpapar COVID-19 yang ditetapkan WHO selain anak kecil, lansia dan komorbid. Karena pada saat ibu tersebut hamil, maka terjadi perubahan dalam tubuh.
"Baik perubahan sistem imunnya hingga perubahan metabolisme. Nah itu berubah semua, sehingga ibu ini akan lebih rentan. Seandainya kena COVID-19, itu akan lebih mudah jatuh ke kondisi yang berat," jelasnya.
Pandu menguraikan yang paling memberatkan ibu hamil saat terpapar COVID-19 hingga meninggal karena memiliki beban pada bayi yang dikandung. Terlebih saat hamil besar trimester 3 atau di atas 28 minggu, jantung dan paru-paru akan bekerja lebih berat untuk memberikan oksigen bagi ibu itu sendiri dan bayinya.
"Jadi, sebenarnya tanpa COVID-19 pun, sebetulnya ibu ini kalau punya sakit jantung dia akan mulai lelah. Tanpa COVID pun sudah berat, ibu hamil besar pun sudah susah. Karena jantung dan paru-parunya bekerja lebih ekstra untuk mensupport ibu dan janinnya. Apa lagi kena COVID, paru-parunya bekerja lebih keras, dia lebih mudah jatuh ke kondisi yang lebih berat," pungkas Pandu. (iwd/iwd)