"Del itu singkatan dari Bahasa Latin 'Delinavit'. Artinya perancang uang," tutur Sudirno saat berbincang dengan detikcom, Sabtu (14/8/2021) siang.
Profesinya sebagai perancang uang tidak terjadi begitu saja. Perjuangan panjang sempat ditempuh pria kelahiran Pacitan, 9 Juni 1942 itu hingga akhirnya bekerja di Perum Peruri. Sudirno memasuki pensiun tahun 2000 lalu.
Bakat seni bapak 5 anak itu memang sudah tampak sejak masih belia. Bahkan selama duduk di bangku SD, Sudirno kecil selalu meraih juara menggambar. Kelak keahliannya makin matang usai menyelesaikan kuliah di salah satu perguruan tinggi di Jakarta.
"Dulu nama gelar saya Ir (insinyur) Teknik Grafika," tuturnya tentang disiplin ilmu yang dipelajarinya saat kuliah sambil kerja.
![]() |
Ternyata, Sudirno memang seorang multitalenta. Selain piawai menggambar dengan tangan, suami dari Suharti (55) itu juga mahir bernyanyi dan menari. Konon, selama tinggal di Ibu Kota dirinya pernah beberapa kali tampil di Taman Ismail Marzuki.
Ihwal kemampuannya menggambar juga menyimpan cerita tersendiri. Kala pertama kali melamar kerja di Percetakan Kebayoran yang merupakan cikal bakal Perum Peruri, dirinya diminta menyertakan karya. Saat itu ditunjukkannya polesan pensil dengan media kertas putih.
"Waktu itu saya menggambar Jenderal Sudirman," ucapnya tentang gambar sederhana yang menjadi awal mula dirinya bekerja di perusahaan negara tersebut.
Baginya, menjadi perancang uang merupakan pengalaman berharga sekaligus tak terlupakan. Bukan sekadar mencatatkan namanya dalam sejarah, namun apa yang diukirnya juga merupakan bentuk pengabdian kepada Ibu Pertiwi.
Menurutnya, uang bukan saja menjadi sarana transaksi. Namun lebih dari itu juga media promosi. Dia mencontohkan lukisan alam yang menjadi tema pada halaman belakang uang kertas. Melalui gambar itu dunia menjadi tahu kekayaan alam dan budaya Indonesia.
"Tujuan menggambar pemandangan untuk memublikasikan Indonesia supaya luar negeri tahu," ungkap Sudirno yang mengaku kerap mendapat ide dari perenungannya sendiri.
Semangat patriotisme kembali menjadi topik hangat jelang HUT Ke-76 Kemerdekaan RI tahun ini. Perjuangan masa kekinian tentu berbeda konteksnya dengan masa lalu. Seperti dicontohkan Sudirno, berkarya sesuai keahlian adalah bentuk kiprah untuk kemajuan bangsa.
"Sehari ratri, ora ketang saklimah anyipta lungit (Dalam sehari semalam, meskipun hanya sepatah kata harus ada karya yang dilakukan)," demikian Sudirno mengungkapkan falsafah hidupnya. (iwd/iwd)