"Secara umum memang tidak berbahaya, akan tetapi bagi dunia penerbangan cukup berbahaya, karena pesawat akan mengalami turbulensi atau guncangan. Tapi penerbangan rendah," ujar Kepala Stasiun Geofisika Kelas III BMKG Sawahan Nganjuk M. Chudori, saat dikonfirmasi detikcom Jumat (13/8/2021.
Awan tersebut, kata Chudori, dinamakan awan lenticuralis atau awan 'topi', yang bisa muncul di dataran tinggi atau pegunungan. Terjadinya awan lenticularis itu, lanjut Chudori, karena adanya gelombang gunung atau angin lapisan atas (di atas permukaan) yang cukup kuat.
"Gelombang angin itu muncul dari suatu sisi gunung dan membentur dinding pegunungan, sehingga menimbulkan turbulensi di sisi gunung lainnya," kata Chudori.
Selain itu, jelas dia, awan bertopi terjadi adanya gelombang gunung atau angin lapisan atas yang cukup kuat dari suatu sisi gunung.
"Jadi itu terjadi akibat adanya gelombang gunung atau angin lapisan atas yang cukup kuat dari suatu sisi gunung dan membentur dinding pegunungan sehingga menimbulkan turbulensi di sisi gunung lainnya. Akhirnya membentuk awan-awan bertingkat yang berputar seperti lensa," imbuhnya.
(fat/fat)