"Biasa kalau (warga) Madura cepat percaya hoaks. Hoaks divaksin meninggal itu kan dipercaya di Sumenep. Jadi mereka ketakutan, karena media sosial kan kencang, ditambah (Omongan dari) telinga ke telinga yang makin cepat," ujar Fauzi kepada detikcom, Jumat (13/8/2021).
Fauzi mengaku awal program vaksinasi, warga di Sumenep memiliki antusiasme tinggi. Namun, seiring berkembangnya hoaks di masyarakat, akhirnya antusias warga menurun. "Awal-awal semuanya (warga Sumenep) antusias. Ke belakang (mulai) kemakan isu (hoaks vaksinasi)," imbuhnya.
Dirinya mengakui, ada kendala lain selain masyarakat termakan hoaks. Yakni koordinasi di tingkat desa yang belum sepenuhnya berjalan dengan baik.
"Memang kita mengalami kendala teknis di bawah, tapi masih kita upayakan terus untuk mensinergikan unsur di kecamatan di desa. Kapolsek, Danramil, Camat dan Kapus bersama para kades, kuncinya itu. Mulai Senin semua kades kita panggil dibuat target per-kecamatan," bebernya.
Fauzi menjelaskan, sejauh ini Pemkab Sumenep juga menggandeng tokoh ulama dari Nahdlatul Ulama, Muslimat NU serta beberapa ormas islam lainnya untuk membantu percepatan vaksinasi di Sumenep.
Ia juga menambahkan, per-harinya, vaksinasi di Sumenep baru berkisar 600-750 dosis. Menurutnya, di daerah Sumenep perlu pendekatan kultur ke warga.
"Kalau setiap hari sudah kita lakukan vaksinsi, hanya mampu 600 sampai denhan 750 per-hari. Sinergi antara Camat, Kapolsek, Dandim, serta Kapus (Diperlukan). Harus melalui pendekatan kultur kalau (vaksinasi di) daerah Tapal Kuda. Vaksin masuk ke Ponpes Ponpes juga sudah kita mulai," tandasnya.
Diketahui, data dari Satgas COVID-19 Jatim, capaian vaksinasi di 4 Kabupaten Madura terendah. Salah satunya di Sumenep. Di Sumenep, capaian vaksinasi dosis pertama baru 9,01 persen. Untuk dosis kedua, baru 4,16 persen. (fat/fat)