Tracing Rendah, Alumnus dan Mahasiswa Unair Bikin Aplikasi Buru COVID

Tracing Rendah, Alumnus dan Mahasiswa Unair Bikin Aplikasi Buru COVID

Hilda Meilisa - detikNews
Jumat, 13 Agu 2021 07:56 WIB
Mahasiswa dan Alumnus Unair Buat Aplikasi Buru Covid
Aplikasi Buru COVID (Foto: Hilda Meilisa Rinanda/detikcom
Surabaya -

Kenaikan kasus COVID-19 di Indonesia tidak diikuti tingkat tracing yang memadai. Melihat hal ini, alumni dan mahasiswa Unair Surabaya menciptakan aplikasi tracing, Buru COVID.

Keduanya yakni Cendra Devayana Putra, alumnus Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Unair dan Daffa Yagrariksa Ramadhan, mahasiswa angkatan 2019 Sistem Informasi FST Unair. Keduanya membuat terobosan aplik asi tracing sederhana dan terautomasi menggunakan sistem Android.

Aplikasi Buru Covid merupakan salah satu kontribusi Cendra dan Daffa untuk memajukan dunia Kesehatan Indonesia khususnya, RS Universitas Airlangga (RSUA). Aplikasi tracing ini bersifat realtime dan terintegrasi, sehingga waktu respon pendeteksian COVID-19 diharapkan akan semakin cepat.

Sebelumnya, mereka juga berhasil membuat dua aplikasi yang kini telah digunakan RSUA yaitu, Laduni Sigiat dan Si-Perdana.

Pelopor aplikasi ini, Cendra, menjelaskan, pembuatan aplikasi terinspirasi dari sistem tracing di Taiwan, tempat ia melanjutkan studi masternya. Namun, ia dan Daffa membuat aplikasi ini lebih maju tanpa menggunakan selembar kertas.

"Metode yang kami implementasikan dalam bentuk digitalisasi ini telah terbukti berhasil menangani kasus COVID-19 di Taiwan. Aplikasi kami juga ramah lingkungan, tidak menggunakan kertas 100%," kata Cendra.

Buru COVID ini tidak hanya terdistrubsi di rumah sakit. Namun, dicanangkan akan tersedia pada setiap public place. Seperti pusat perbelanjaan dan fasilitas umum. Hal ini dapat mempercepat waktu tracing.

Simak juga video 'Hasil Penyelidikan WHO soal Virus Corona: Bukan dari Kebocoran Lab':

[Gambas:Video 20detik]



Cendra juga memaparkan tentang metode yang ia dan rekannya usung pada aplikasi ini. Pada versi awal, masyarakat diminta untuk log in. Dengan satu kali klik pada sebuah toko, individu terhitung telah tercatat telah mengunjungi toko tersebut. Hal itu akan memudahkan tracing secara luas.

"Untuk versi kedua, saya ingin mencoba menggaet professor saya di lab (Taiwan). Saya ingin mencoba menambahkan blockchain, sehingga sistemnya jauh lebih aman," ungkapnya.

Selain itu, Cendra mengaku, Aplikasi Buru Covid tersebut masih memiliki kendala dalam biaya penyewaan server. Saat ini, mereka masih meminjam server yang berukuran 1 giga. Server tersebut dianggap sangat kurang untuk menjalankan aplikasi tracing itu.

Cendra menambahkan, Buru Covid memerlukan respon positif dari pemerintah agar dapat diimplementasikan dengan baik. Dalam hal ini, tim Buru COVID memerlukan database serta kebijakan pemerintah untuk menerapkan aplikasi tersebut di masyarakat.

Selain itu, Buru COVID juga masih menunggu verifikasi dari Google Playstore.

"Karena kita menggunakan kata COVID, jadi kita membutuhkan konfirmasi terlebih dahulu dari pemerintah untuk mengaktifkan aplikasi di playstore," ungkapnya.

Sementara itu, Daffa menambahkan, mereka sangat membutuhkan bantuan dari pemerintah dan Unair. Karena, data yang dibutuhkan tidak berasal dari Buru COVID sendiri. Aplikasi ini akan berjalan dengan baik jika ada data pelengkap.

"Kami mengharapkan pemerintah dan Unair dapat membantu agar aplikasi ini dapat berjalan, sehingga berguna untuk memudahkan tracing di Indonesia," pungkasnya.

Halaman 2 dari 2
(hil/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya
Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.