Namun Dewi tidak bertekuk lutut. Ia terus berusaha dengan kreativitas dan tekat yang kuat. Sehingga kini dia mampu bangkit.
Saat ditemui di rumahnya di Perumahan Palem Nirwana, Desa Dukuh Tengah, Kecamatan Buduran, Sidoarjo, ibu satu anak ini bercerita banyak. Usaha pernak-pernik dan tas kulit itu dirintis pada 2003 dengan merek dagang Bralin.
"Di benak hati saya paling-paling pandemi hanya berlangsung singkat. Namun perkiraan dan harapan saya itu meleset jauh. Saya tidak menyangka, ternyata pandemi berlangsung hingga saat ini. Sejak Bulan Februari 2020, order baru tidak satu pun saya dapat," kata Dewi di rumahnya, Senin (9/8/2021).
Beberapa supermarket suvenir yang sebelumnya rutin dia pasok, sementara menyetop order. Itu membuat omzet usaha Dewi terhenti.
Kondisi tersebut sempat membuat Dewi panik. Apalagi dia harus menggaji 10 karyawannya. Keputusan darurat cepat diambilnya. Dewi menjual rumah di Desa Wadungasih, Kecamatan Buduran yang dia tinggali.
"Terpaksa rumah yang saya tempati satu-satunya saya jual. Hasilnya untuk melunasi semua tanggungan dan menggaji karyawan. Saya tidak ingin kehilangan mereka," ucapnya.
Dewi mengaku tenang meskipun hampir tidak memiliki penghasilan. Setidaknya tidak memiliki tanggungan. Ujian tidak berhenti di situ. Karena uang tabungan habis, Dewi terpaksa menjual motornya. Hasilnya untuk kebutuhan sehari-hari.
"Saat itu masa tersulit yang pernah saya alami. Bahkan sering saya kehabisan beras. Begitu juga uang," ujar Dewi.
Meski begitu, Dewi tidak lantas memutuskan untuk beralih profesi. Usaha itu dijalani dengan passion penuh. Ia begitu jatuh cinta pada apa yang dia kerjakan.
(sun/bdh)