Hal ini ditemukan di Dusun Krajan, Desa Binor, Kecamatan Paiton, Sabtu (7/8/2021). Banner sengaja dipasang di depan dan di pintu masuk makam dengan kata-kata berbahasa Madura.
'Ellah Lah Hop, Koburen Totop!, Lakoh Jek Te Matean Maloloh, Landuk,en Lah Bunyak Se Rosak/Potong, Toreh Ngangguy Masker (Sudah Lah Berhenti, Kuburan Tutup, Jangan Mati Matian Terus, Cangkulnya Banyak Yang Rusak/Putung, Mari Pakai Masker).
Ahmad, salah satu warga Desa Binor mengatakan, banner itu sengaja dipasang karena ada sekitar 17 orang meningal dunia karena COVID-19.
"Dalam sebulan 17 orang meninggal dunia di desa ini, ada yang meninggal saat perawatan medis, dan meninggal saat sakit dirumah, juga ada yang positif COVID- 19, dan ada yang meninggal karna penyakit bawaan," ujar Ahmad kepada detikcom.
Sebenarnya tujuan pemasangan banner penutupan TPU (Tempat Pemakaman Umum), untuk menyadarkan masyarakat yang melintas di desa tersebut untuk selalu pakai masker.
"Agar korban keganasan virus COVID-19, tidak terus bertambah lagi," tandasnya.
Kepala Desa Binor, Hostifawati, membenarkan jika ada 17 orang meninggal di wilayahnya karena COVID-19. Meski tidak semuanya meninggal di rumah sakit, namun hal ini merupakan rekor terbanyak selama dirinya menjabat.
"Kita bersama warga sepakat membuat banner edukasi, untuk menyadarkan semua insan manusia untuk patuh protokol kesehatan, dengan selalu pakai masker kemana saja," ujarnya.
"Kita memberikan kesadaran agar tidak ada korban yang meninggal dunia akibat terpapar COVID-19, dan hidup sehat dengan menerapkan protokol kesehatan dengan 5M," tegas Hostifawati.
Dirinya berharap adanya banner itu memberikan kesadaran masyarakat atas bahaya COVID-19.
"Karna ucapan dan kemauan merupakan doa, doa dan harapan warga Desa Binor semua sehat, dan tidak ada lagi orang meninggal, jadi doanya agar makam tidak ada lagi warga meninggal di saat pandemi COVID-19," pungkas Hostifawati. (fat/fat)