Salah satu relawan pemakaman, Yusuf Fendi Kurniawan mengatakan hazmat yang sering diterima dan dipakainya berukuran kecil. Sehingga rawan sobek saat dipakai bergerak.
"Badan postur saya saja sulit bergerak, apalagi postur teman lain yang lebih besar dan tinggi mereka kesulitan memakai hazmat," terang Yusuf kepada wartawan, Kamis (5/8/2021).
Menurut Yusuf, karena hazmat yang dipakai rawan sobek. Biasanya tim relawan dengan sangat terpaksa hanya memakai APD level satu. Berupa kaos lengan panjang, celana panjang, topi, sepatu boot, masker dan sarung tangan.
![]() |
"Namun itu pun riskan, sebab relawan ini juga takut terpapar. Kan banyak longgarnya (tanpa hazmat), padahal selesai bertugas kami tetap kembali ke keluarga," imbuh Yusuf.
Pasalnya, jika APD tak lengkap. Para relawan khawatir bisa menimbulkan penularan ke keluarganya masing-masing usai bertugas. Padahal setiap harinya mereka bertugas memakamkan pasien COVID-19, baik suspect, probable, maupun terkonfirmasi.
"Kadang kita juga meminta tim puskesmas di wilayah tersebut menyediakan hazmat untuk tim relawan," tandas Yusuf.
Menurut Yusuf, pihaknya selalu berkoordinasi dengan pimpinan terkait permasalahan hazmat ini. Namun nyatanya pengiriman hazmat seringkali terlambat.
"Solusinya kita ke puskemas terdekat ke area pemakaman, minta hazmat. Kalau tidak ada hazmat kita mohon maaf tidak berani, kan kita menjaga diri. Selesai bertugas kami kan kembali ke keluarga, menjaga agar keluarga tidak tertular," tegas Yusuf.
Saat ini, total ada 5 tim yang bertugas memakamkan. Sejak Januari 2021, Yusuf bergabung dengan salah satu tim relawan pemakaman. Selain kasihan dengan tim, Yusuf pun ingin menunjukkan rasa kepeduliannya.
"Tim banyak yang kewalahan, akhirnya Januari saya bergabung. Untuk rasa kemanusiaan di tengah pandemi COVID-19," pungkas Yusuf.
Simak juga video 'Testing Covid-19 Alami Penurunan Sepekan Terakhir':
(iwd/iwd)