"Daerah Gubeng itu banyak. Hampir separuh itu, sebagian sudah bersedia dilakukan isolasi terpusat. Rata-rata di setiap kecamatan ada," kata Kabag Humas Pemkot Surabaya Febriadhitya Prajatara kepada wartawan di kantor Humas Pemkot Surabaya, Rabu (4/7/2021).
Diakui Febri tidak mudah memberi pengertian ke pihak keluarga yang sedang isoman. Namun setelah diberi pengertian dan diawasi tenaga kesehatan puskesmas secara langsung, beberapa warga yang isoman akhirnya mau dievakuasi di tempat isolasi terpusat.
"Memang tidak mudah untuk memberikan pengertian. Yang jelas, seperti kita ketahui bahwa beberapa minggu yang lalu, sakitnya itu bisa tambah parah, ketika kondisi rumahnya tidak memadai. Assesmen dalam isolasi mandiri tidak sesuai. Kemudian pengetahuan dalam memberikan perawatan pasien COVID-19 kurang begitu paham, apalagi ditambah memberikan penularan terhadap keluarganya," ungkapnya.
Menurutnya hingga 3 Agustus 2021, sebanyak 1.067 warga melakukan isoman. Berkat kerja keras Pemkot Surabaya bersama TNI/Polri, ratusan warga yang melakukan isoman berhasil dipindahkan ke tempat isolasi terpusat.
"Alhamdulillah berkat kerja bersama antara Pemerintah Kota Surabaya, TNI/Polri hingga kemarin, kami dapat melakukan negosiasi ataupun merayu warga yang melakukan isolasi mandiri itu sejumlah 428," tegasnya.
Febri mengharapkan keluarga atau yang sedang terpapar COVID-19, bisa pindah ke rumah sehat atau asrama haji demi upaya memutus mata rantai klaster keluarga.
"Biar tahu kondisi kesehatannya secara berkala. Karena setiap siang dicek oleh teman-teman puskesmas," jelasnya.
"Nah saat ini kita mencoba semaksimal mungkin, harapannya tidak ada lagi yang melakukan isolasi mandiri. Kecuali rumahnya di assesmen memungkinkan untuk melakukan isolasi mandiri. Contohnya kamar mandi terpisah, salah satunya seperti itu," tandas Febri. (fat/fat)