Viral sebuah cuitan di akun twitter @Antonius061 tentang 'Mati Corona Ala Madura'. Cuitan itu berisi tulisan dari Firman Syah Ali tentang kondisi warga Madura menghadapi Corona.
Hal itu menjadi atensi khusus Pemprov Jatim. Wagub Emil Elestiantk Dardak mengunjungi beberapa Pondok Pesantren di Sumenep, demi memutus rantai penyebaran COVID-19 dan mempercepat upaya vaksinasi.
"Kami senantiasa berusaha mendapat gambaran di lapangan sekaligus mencari masukan dari beberapa tokoh, dan kami menemukan hal yang berbeda-beda dari satu titik ke titik yang lain," ujar Emil dalam keterangannya, Rabu (4/8/2021).
Dalam kunjungan pertama Emil yakni di Ponpes Darur Rahmah Pangarangan, dirinya mendapat gambaran umum terkait kondisi di lapangan. Menurutnya, mayoritas pondok pesantren dan tokoh agama sangat mendukung upaya pemerintah untuk menerapkan prokes dan mempercepat vaksinasi.
Baca juga: 'Mati Corona Ala Madura': Antara COVID-19, Thaun, dan Flu Spanyol |
Emil juga menyempatkan berbincang dengan salah satu santri di Ponpes Darur Rahmah Pangarangan.
"Lalu saya tanya gitu pernah percaya enggak sama dokter gitu ya 50 persen, lantas paling percaya kepada siapa? Jawab santri percaya ke kiai. Kiai ini kan sudah divaksin, tetapi tetap saja orang tua santri takut anaknya divaksin," jelasnya.
"Memang masih perlu diperbaiki (Kepatuhan prokes dan vaksinasi masyarakat) tapi tidak seperti yang kita bayangkan (Tidak se-ekstrim di mana kebanyakan tokoh diasumsikan tidak mendukung prokes dan vaksinasi), dari apa yang kita dengar pengasuh pondok pesantren maupun pengajarnya juga sudah divaksin. Tetapi memang kendala yang terbesar ada pada masyarakat sendiri yang tidak mengizinkan anaknya untuk divaksin," sambungnya.
Simak juga video 'Hoax Vaksin Timbulkan Varian Baru dan Sebabkan Kematian Dalam 2 Tahun!':
Melanjutkan ke titik selanjutnya di Ponpes Mathaliul Anwar Kepanjen, Emil menyebut perlunya strategi komunikasi yang jelas dan terpercaya guna meningkatkan kepercayaan masyarakat.
"Hoaks (Kalau divaksin bisa meninggal) ini menjadi tantangan kita bersama agar masyarakat mendapat informasi yang baik dan benar, berseiring dengan upaya mendorong minat vaksinasi kita tidak mungkin untuk memaksa orang yang takut alangkah lebih baik kita memberikan penjelasan yang lebih bisa dipercaya," jelas mantan pengurus PCI NU Jepang ini.
"Upaya memberikan penjelasan ini merupakan upaya mendasar yang harus dilakukan, ini akan membantu Kepala Desa untuk mengatasi kesulitan dalam memberi penjelasan kepada warganya," tambahnya.
Setibanya di lokasi terakhir, Ponpes Ash-Shofwah Al-Malikiyyah, Emil mendapat masukan terkait pemulasaraan jenazah.
Baca juga: Heboh 'Mati Corona ala Madura', Pakar Nilai Butuh Peran Ulama |
"Ada yang mendasar lagi yaitu terkait dengan adanya anggapan bahwa kalau meninggal karena COVID-19 itu tidak disholatkan, sehingga penting adanya perwakilan keluarga yang menggunakan APD untuk menyaksikan pemulasaraan jenazah. Kita bisa memaksimalkan fasilitas kesehatan terdekat untuk membantu masyarakat mendeteksi keluhan yang dialami masyarakat agar masyarakat sadar dulu terhadap kondisi kesehatannya masing-masing, memahami apakah ada potensi komorbid atau tidak," jelasnya.
"Ini akan meminimalisir ketakutan masyarakat untuk memeriksakan kesehatan dirimya sekaligus dari pemeriksaan ini bisa menjadi pintu masuk bagi tenaga kesehatan tingkat Desa," imbuhnya.
Sebelum berpamitan Emil mengapresiasi peran pondok pesantren termasuk kiai dan guru yang telah berusaha memberikan teladan kepada para santri dan masyarakat di tengah maraknya hoaks saat pandemi COVID-19.